Salah sangka itu sepupuan sama si sok tahu.
Sama seperti saat saya mengira visa UK itu cuma untuk bebas melanglang buana di Inggris raya. Ih, ternyata sok tahu, karena selain ke Inggris, kita bisa singgah ke Wales, Irlandia Utara, dan Skotlandia.
Tapi ada kemungkinan untuk negara terakhir ini cuma berlaku sampai bulan September 2014, karena Skotlandia bisa jadi melepaskan diri dari United Kingdom. Kalau jadi berpisah, berarti bila berkunjung ke sana mesti pakai visa Skotlandia, dong?
Untuk lebih jelasnya, boleh baca-baca tentang Scotland's Referendum 2014.
Referendum ini membuat saya merasa harus ke Skotlandia sesegera mungkin, mumpung masih bisa mampir!
Jadilah benak saya dipenuhi berbagai pertanyaan standar khas sebelum bepergian:
Ke Skotlandianya mau ke kota mana? Naek apa? Dari mana? Butuh duit berapa?
Untuk kunjungan pertama ke sebuah negara, saya hobi menjelajahi ibu kotanya terlebih dulu; ibarat masuk rumah, berbincang-bincang mesra dulu dengan sang ibunda sebelum bertemu anggota keluarga lainnya—yang berarti pilihan kota pertama saya untuk Skotlandia adalah Edinburgh. (Yang ternyata dibacanya “E-din-bra”)
Berhubung waktu berlimpah dan saya menyukai pemandangan darat, saya memilih naik kereta api, berangkat dari stasiun King's Cross – London. Waktu yang ditempuh sekitar 4 jam. Hhm, kalau mau bolak-balik dalam sehari, cape gak ya?
Ah, berhubung sudah terbiasa nyetir pp Bandung Jakarta plus macet dalam kota sampai total belasan jam per hari, cuma duduk-duduk ganteng doang 4 jam mah cingcai lah!
Ah, berhubung sudah terbiasa nyetir pp Bandung Jakarta plus macet dalam kota sampai total belasan jam per hari, cuma duduk-duduk ganteng doang 4 jam mah cingcai lah!
Kini tibalah saat yang menegangkan! Harga tiketnya berapa?
Kalau pesan online, bisa dapet tiket murah pp mulai £48. Dengan catatan: tentu saja selama kursi tersedia.
Tapi sayangnya saya lagi kurang beruntung, karena tiket kereta pp yang saya dapatkan senilai £ 148. Ugh!
Akhirnya saya memutuskan membeli tiket langsung di Evan Evans Tours (17-19 Cockspur Street, Trafalgar Square) seharga £159. LOH KOK LEBIH MAHAL?!
Tenang, harga segitu itu—selain dapet tiket PP London-Edinburgh, juga dapet tiket bus keliling kota seharian seharga £13 dan tiket masuk Edinburgh Castle seharga £16. Masih untung lah!
Tiket udah dapet, camilan udah siap, mari berangkat ke Edinburgh memakai kereta East Cost!
Please pardon my 'pura-pura gak tahu ada kamera' face!
Jalur kereta yang berfasilitas wifi ini melewati Stevenage, Peterborough, Doncaster, York, Darlington, Newcastle, Berwick, dan Dunbar. Sepanjang perjalanan saya tidak bisa mengalihkan pandangan dari jendela, menikmati pemandangan padang rerumputan, perumahan pedesaan, perbukitan, pantai, gerombolan sapi, dan anak-anak kecil yang berlarian mengejar orang tuanya yang tampak riang gembira.
“Hello, kamu sendirian?” Sapa seorang ibu yang duduk di seberang, saat saya tak sengaja bertatap mata dengannya. Di sebelahnya duduk seorang pemuda—yang kalau boleh menuduh dari bentuk wajahnya adalah anak Ibu itu.
“Iya,” jawabku singkat, agak waswas. Jangan sampai nawarin MLM.
“Oh, tenang. Kamu tidak sendirian. Karena mulai sekarang, ada kami yang akan menemanimu!” Ujar Ibu itu sambil menawari saya berbagai makanan dan minuman asyik.
Wow! Tuh kan, salah sangka mulu, jadi malu! Tapi ternyata 'tuduhan' saya benar, mereka ibu dan anak berasal dari California, sedang asyik liburan berdua keliling UK.
Wow! Tuh kan, salah sangka mulu, jadi malu! Tapi ternyata 'tuduhan' saya benar, mereka ibu dan anak berasal dari California, sedang asyik liburan berdua keliling UK.
Perjalanan pun semakin menyenangkan dan mengenyangkan, karena sang Ibu tak henti-hentinya mengeluarkan bekal yang wajib saya cicipi. Bahagianya!
Sampai tak terasa kereta pun melambatkan lajunya, karena ternyata kami telah tiba di stasiun Waverley, Edinburgh!
Begitu keluar stasiun, langkah tercegat pemandangan The Scott Monument yang tinggi menjulang. Sepintas monumen ini menyerupai candi, yang membuat pikiran saya berkelana, andai Indonesia bebas gempa, mungkin akan banyak peninggalan candi indah yang masih berdiri kokoh sampai di tengah kota besar.
Suasana ala Skotlandia semakin terasa, seiring alunan khas seruling bagpipe yang ditiup seorang lelaki yang memakai kilt; pakaian tradisional Skotlandia.
Tak berapa lama, bus untuk keliling kota pun berhenti tepat di depan monumen. Saya pun menyiapkan tiket sakti yang memungkinkan saya bisa naik dan turun bus sesuka hati sepanjang hari!
Yuk, siap keliling Edinburgh?
Duh, kota Edinburgh ini seperti sebuah museum raksasa yang menawarkan karya seni bersejarah yang menawan hati saya.
Yang paling menyenangkan, banyak pemandu berbaik budi yang menawarkan Free Walking Tour dan memotret kita dengan senang hati.
Ah, jalan-jalan sendirian ke Edinburgh ternyata gak perlu tongsis!
Hei, jalan-jalan belum berakhir!
Di postingan berikutnya, saya mau mengajakmu menelusuri sebuah kastil legendaris yang menjadi situs warisan dunia: Edinburgh Castle!
Sampai jumpa!
PS:
Kalau berencana ke Edinburgh naik pesawat, bisa coba ke sini atau ke sana. Tiket promonya juga seru-seru!
Kalau lebih senang naik bus (sekitar 10 jam dari London), bisa coba naik ini atau itu.
Nanti bagi-bagi cerita ya!
Sampai tak terasa kereta pun melambatkan lajunya, karena ternyata kami telah tiba di stasiun Waverley, Edinburgh!
At Waverley station. Is that the famous light at the end of the tunnel? |
Begitu keluar stasiun, langkah tercegat pemandangan The Scott Monument yang tinggi menjulang. Sepintas monumen ini menyerupai candi, yang membuat pikiran saya berkelana, andai Indonesia bebas gempa, mungkin akan banyak peninggalan candi indah yang masih berdiri kokoh sampai di tengah kota besar.
The Scott Monument, a memorial to an author Sir Walter Scott |
Tak berapa lama, bus untuk keliling kota pun berhenti tepat di depan monumen. Saya pun menyiapkan tiket sakti yang memungkinkan saya bisa naik dan turun bus sesuka hati sepanjang hari!
Yuk, siap keliling Edinburgh?
Duh, kota Edinburgh ini seperti sebuah museum raksasa yang menawarkan karya seni bersejarah yang menawan hati saya.
Princes Street, salah satu jalan utama di tengah kota |
Statue of David Livingstone. Saya selalu curiga dengan patung yang sedang menunjuk. Jadi ada apa di pohon itu, Om David? |
The statue of David Hume |
A black
dog is a campaign to promote
understanding of depression and anxiety in the workplace. "Black dog" has been a metaphor for depression since Roman times. |
Yang paling menyenangkan, banyak pemandu berbaik budi yang menawarkan Free Walking Tour dan memotret kita dengan senang hati.
Ah, jalan-jalan sendirian ke Edinburgh ternyata gak perlu tongsis!
Hei, jalan-jalan belum berakhir!
Di postingan berikutnya, saya mau mengajakmu menelusuri sebuah kastil legendaris yang menjadi situs warisan dunia: Edinburgh Castle!
Sampai jumpa!
PS:
Kalau berencana ke Edinburgh naik pesawat, bisa coba ke sini atau ke sana. Tiket promonya juga seru-seru!
Kalau lebih senang naik bus (sekitar 10 jam dari London), bisa coba naik ini atau itu.
Nanti bagi-bagi cerita ya!
nanti, pandu gue keliling uk, ya. mau sampai ke hay on wye nih
ReplyDeleteBuhpyyyyyyy, fotonya bagus-baguuuuss! Aduh jadi pengen ke sana juga. >.<
ReplyDeleteaaaks .. bikin iri setengah mati ini mah :") e-din-bra salah satu wishlist gueeeeeeee *nangis kejer pengen ikutan kesana* T.T
ReplyDeleteKang, gmn lanjutan cerita Thames black water itu? Baca dibukunya Trinity dan jd penasaran.
ReplyDelete