Search This Blog

Saturday, January 31, 2015

Biar Bisa Punya Visa Amerika

“Kenapa telat, Pak? Saya kan kemarin sudah bilang, kita bakal pergi 4 pagi—teng. Yang antri visa itu sudah bejibun dari subuh,” Ceracau saya; ngomelin pak sopir yang datang terlambat ½ jam. Ia cuma manggut-manggut dengan sorot mata kebingungan. Kayaknya dia heran kenapa sepagi buta ini saya sudah punya energi misuh-misuh. Padahal malam sebelumnya baru terbang dari Bali ke rumah ortu di Bandung. 

Yah, abis kalau dengar dan baca pengalaman teman-teman yang wawancara visa Amerika bikin jiper! Masa ada yang sampai ditolak empat kali, padahal ada yang dapat beasiswa atau menang undian. Dengan biaya $160 dan akan hangus bila ditolak, sulit rasanya membayangkan diri akan sesetia itu apply visa yang sama berulang-ulang. Mending buat beli tiket pesawat ke negara lain. 

Tapi kalau permohonan disetujui, visa turis Amerika ini berlaku untuk 5 tahun! Jadi jauh lebih ekonomis ketimbang visa lainnya.

Sebelum ceracau semakin berkilau, berikut tahapan permohonan visa US: 
1. Isi formulir Aplikasi Visa Elektronik Non-Immigrant DS-160 di sini.
Setelah kelar, sebuah konfirmasi dalam file PDF akan bertandang ke e-mail, siap di-print di kertas A4. 
Kiat: dalam setiap mengisi halaman visa, selalu screenshot. Berbeda dengan permohonan visa UK, setelah tekan 'submit' jawaban-jawaban kita gak bisa diintip lagi. Ya, memang sih, kalau jujur ngapain mesti ngapalin jawaban. Tapi percayalah, ini bisa berguna. Siapa tau typo nulis tahun lulus kuliah keburu submitted, jadi hapalkanlah kekeliruannya!

2. Print halaman untuk bekal bayar visa di sana untuk mengetahui kurs yang sedang berlaku. Perhatikan tanggal kedaluwarsanya. Memang sih, kalau kelewat bisa cetak lagi. Tapi kalau dolar dalam semalam mendadak naik bisa dongkol juga, kan! 
Bayar visa US cuma bisa di bank Permata atau Standard Chartered. Jangan lupa bawa fotokopi paspor. Lalu mari jaga baik-baik bukti pembayarannya! 

3. Minimal 4 jam dalam hitungan hari kerja setelah pembayaran, bikin jadwal wawancara di sono. Jadi kalau bayarnya Jum'at sore, baru bisa bikin jadwal Senin siang. Karena pada saat penjadwalan, mereka butuh 8 digit terakhir nomor resit (setelah abjad "US") untuk memastikan pembayaran sudah masuk database mereka. 

Sebetulnya pengisian formulir online visa US ini lebih ringkas dibanding permohonan visa UK. Kalau visa UK, dalam menjawab pertanyaan kita sudah ke mana saja, perlu dicantumkan juga tanggal-tanggalnya. Kalau visa US cukup nama negaranya saja. 

Tapi visa US butuh wawancara dan bisa langsung dapat kepastian saat itu juga. Keunikan lainnya, sebelum masuk gedung, mesti antri di luar pagar dulu. Ada polisi di bawah fly over yang siap mengawasi kita antri di atas trotoar. 
Kiat: Yang gampang pegel tapi waswas kena taik kering, bolehlah bawa alas pantat biar nyaman. 

Untungnya, sesampainya saya di halaman Kedutaan Amerika, antrian baru terisi 3 orang! Wah, beruntung sekali! 

"Kok udah pukul ½ 7, yang antri cuma kita doang ya?” Tanya saya ke dua orang itu. 
“Lah, ini masih jam ½ 6, Mas?” Jawab salah satu dari mereka, sambil lirik jam tangan.

YA AMPUN. Saya khilaf! Jam tangan masih setelan zona GMT +8. Aduh, selesai wawancara mesti minta maaf sama pak sopir, nih! Ternyata saya termasuk golongan orang yang marah-marah tau tau salah! Tapi ini kesalahan yang menyenangkan; terbukti saat pukul 6 pagi antrian mulai memanjang sampai tak terlihat ekornya. 
Kiat: malam sebelum tidur, aturlah jam 60 menit lebih cepat! 

Pukul 06.45 kami digiring ke depan pintu masuk, antrian dibagi dua, sang petugas memeriksa formulir jadwal konfirmasi kedatangan “Appointment Confirmation” dan paspor. Yang lupa bawa formulir, diharapkan tunggang langgang ke warnet terdekat buat nge-print. 
Kiat: bawalah print portable yang terhubung wifi untuk jaga-jaga! 

Di ruangan pertama, badan dan bawaan diperiksa; kayak di bandara. Benda tajam, gadget, perkabelan termasuk earphone, makanan, gak boleh masuk ruangan kedua. Tapi tenang, mereka membolehkan kami menghabiskan makanan dulu. Tapi saya sudah kebelet mau visa! Dadah roti gandum isi selai cokelat 2 cm! 

Masuk ruangan kedua, sang petugas memilah dokumen utama: 
→ Paspor yang masih berlaku minimal 6 bulan 
→ Paspor lama 
→ Formulir konfirmasi pengisian Aplikasi Visa Elektronik Non-Immigrant DS-160 
→ Formulir konfirmasi jadwal wawancara “Appointment Confirmation” 
→ Foto 5×5 latar belakang putih 
→ Resit pembayaran visa. 

Lalu kami memijit tombol untuk nomor antrian. Ada 4 loket yang bersiap memanggil. Saya sudah menyiapkan segala macam jawaban atas kemungkinan pertanyaan. Ternyata di sini cuma ditanya 2 hal: 
1. Apakah pernah ganti nama? 
2. SMA di mana? 
Kiat: Saya sering baca testimoni kalau petugas kedutaan US jutek-jutek. Tapi setelah saya sapa-sapa gembira bonus senyum manja, mereka membalas dengan hangat kok. 
Yang mau pipis, di sinilah toilet berada! 
Dokumen utama pun diambil, lalu kami masuk ruangan ketiga. Oh, kirain tadi itu wawancara final! 

Masuk ruangan tiga dikasih nomor grup. Saya kebagian grup 1 dong—terima kasih GMT +8! Di ruangan ini kami menunggu giliran untuk scan semua jari. Kelar tempel-tempel jemari, kami bergeser ke ruang sebelah alias RUANG PENENTUAN! Rasanya kayak mau sidang skripsi, deh. Menebak-nebak apa yang akan ditanyakan, mengulang-ulang apa yang akan dijawab. 

“For group 1, please come to window 8!” 

Kami pun berbaris menuju loket 8, yang menyerupai tempat pembayaran tiket kereta. Tanpa kursi dan terhalang kaca, ada wanita kaukasia berwajah dingin siap mewawancarai kami. Saya kebagian nomor dua! 
Ah, tenang-tenang. Saya mengingat pengalaman birokrasi rumit selama tinggal di Saudi, berusaha meyakinkan diri kalau wawancara ini masih level biasa saja. Tapi tetap dongkol kan, kalau ditolak. Ah, kamu bisa! Bisa e-ek di celana! AH, DIAM! 

Pemohon pertama, seorang pria parlente, menjawab pertanyaan dengan tenang. Saya tentu saja nguping demi bocoran! 
“Mau apa ke Amerika?” 
“Liburan.” 
“Ke mana saja?” 
“West Coast.” 
“Sama siapa?” 
“Tunangan dan calon mertua.” 
“Kerja di mana? Boleh lihat buku tabungannya?” 

Seakan latah, saya ikut melantunkan setiap jawaban pribadi dalam hati, plus buru-buru melihat isi map yang saya peluk segenap grogi, memastikan semua dokumen pelengkap ada di sana. 

“Maaf, anda belum bisa ke Amerika sekarang.” Wanita itu memberikan selembar kertas berwarna merah ke pria parlente itu! 
Ya ampun, serius? Obrolan yang tampak tenang dan meyakinkan itu ternyata berakhir sedih. Saya mengharapkan adanya konflik sebelum penolakan, agar bisa menerka-nerka apa yang tidak boleh saya katakan. 

Rasanya ingin bertukar tempat dengan dua orang di belakang saya, ingin menguping lebih banyak pertanyaan lagi. Tapi wanita itu keburu menatap mata saya. Ya udah deh, ayo tancap, Cuy! 

“Good morning!” Sapa saya mencoba ringan tanpa beban. 

“Good morning. What's your name? Why do you want to travel to the USA?” 

Saya ingat petuah sahabat saya yang selalu lolos saat memohon visa; Bang Ben, untuk langsung menjawab detil pertanyaan ini, jangan cuma “mau liburan” saja. 
Jadilah saya menjawab seperti ini: “Saya berencana nonton konser band di Los Angeles akhir Mei. Selain itu, saya juga ingin menulis tentang Los Angeles, San Francisco, New York; mulai dari pagelaran seni sampai kuliner, karena saya suka makan.” 

“Jadi, anda penulis? Sudah berapa buku yang diterbitkan?” Tanyanya lagi, dengan kelopak mata yang  menyipit.

Aha, untungnya saya mengikuti kiat teman baik saya, Wine; yang sampai harus mengajukan permohonan visa US ini tiga kali; bawa hasil karya kita untuk menguatkan bukti pekerjaan / hobi! 

“Ini buku terbaru saya, salah satu setting-nya di London,” Saya menempelkan Kedai 1002 Mimpi ke kaca, agar wanita itu bisa melihat jelas, “Nah untuk setting buku berikutnya, saya akan menulis tentang kota-kota di Amerika.” 

Hey, sebuah senyum manis tersungging di bibirnya! Aih, semoga pertanda baik! 

“Apakah buku kamu yang terbaru nanti sudah pasti akan diterbitkan? Apakah sudah menandatangani kontrak untuk buku selanjutnya?” O-ow, terdengar seperti pertanyaan jebakan. Semoga gak salah jawab! 

“Not yet. I work as an editor, but I write books for my pleasure.” 

“Bagus, karena kalau sudah ada kontraknya, anda membutuhkan visa yang lain. Congratulations, your visa is approved!” 

Haa, serius? Segitu aja? Tabungan, surat referensi bank, ijazah kuliah, surat rekomendasi kantor, bookingan pesawat dan hotel gak dilihat?!! Ih jadi ngapain kemaren nyusahin orang banyak? Eh, Alhamdulillah kali! Kok tetep protes udah dikasih kemudahan, ya! 
Alhasil saya keluar ruangan membawa kertas putih dengan hati tenang dan bahagia!


Di luar gedung, saya mengintip orang-orang yang mendapatkan kertas merah, rata-rata alasan visa tidak disetujui karena “Anda belum dapat menunjukkan bukti ikatan keluarga yang kuat, ikatan sosial atau ekonomi yang cukup untuk menunjang kehidupan di luar AS.” 

Alasan lain ditolak adalah: 
“Anda tidak dapat menunjukkan bahwa anda memenuhi syarat atau dan/atau rencana pendidikan anda memenuhi syarat untuk mendapakan visa non imigran sesuai dengan yang anda ajukan."   

“Anda telah menyalahgunakan penggunaan visa non imigran sebelumnya.” 

Oh ya, selain lembar merah dan putih, ada juga lembar hijau apabila mereka butuh informasi tambahan dan kuning kalau permohonan dikenakan proses tambahan. 

Nah, kalau mengambil intisari semua kiat teman-teman yang telah saya buktikan, yakinkan pewawancara kalau kita akan 'berfoya-foya' di sebuah tempat di Amerika tapi pasti akan kembali ke tanah air karena kita punya & bangga dengan pekerjaan di Indonesia! Kecuali kalau lamar visa kerja ya, tentu beda perkara. 

Misalnya: “Karena saya seorang arsitek, jadinya ingin berkelana ke Washington, Philadelphia, Denver, karena kota-kota itu termasuk Top 10 Cities for Design in America.” Jangan lupa sambil pamerin blue print arsitektur terkece yang pernah dibuat!

Atau, "Saya pengin jalan-jalan ke San Francisco, Boston, Nashville, Austin dan kota-kota yang dinobatkan Forbes sebagai America's most creative cities. Jadi pulang-pulang saya bawa banyak inspirasi dan bisa kembali kerja dengan menyenangkan di kantor advertising agency saya," sambil pamerin print-ad terinovatifnya!

Bila perlu, googling jadwal konser band dan restoran terbaik di kota yang akan kita datangi buat bahan obrolan kalau terasa ada jeda. Anggap saja ini kencan menuju jadian! 

Oh ya, kalau merasa nyaman jawab pakai bahasa Indonesia juga mereka gak masalah, kok. Kita kan mau jadi turis, bukan lamar jadi warga negara!

Agar hati lebih terang benderang, berikut ada pertanyaan-pertanyaan yang sempat menggelayuti hati dan diberikan langsung jawabannya oleh Kedutaan Amerika





Yang masih misterius adalah jawaban untuk pertanyaan "Berapa minimal uang di rekening?" 
Ada yang menyarankan $5000, ada yang bilang $10000, ada juga yang cukup menenangkan; “Yang penting bisa bikin yakin si pewawancara kalau elo gak akan jadi gelandangan di Amerika.” 
Jadi siapkan jumlah tabungan minimal bisa buat bayar tiket pp pesawat + hotel + makan + transportasi selama di Amerika. 

Ah, semoga yang baca postingan ini dikasih rezeki berlimpah dan kemudahan wawancara visa, AMIN!



11 comments:

  1. wah postingannya sangat membantu dan informatif,,,

    ReplyDelete
  2. wah postingannya sangat membantu dan informatif,,,

    ReplyDelete
  3. Makasi infonya kak vabyooo
    Semoga bisa nyusul dan jalan kesana
    Dan semoga kak vabyo diberi kelimpahan rejeki selalu agar bisa memberi info bermanfaat seperti ini
    Amin amin amiiiin

    ReplyDelete
  4. mas mau tanya kalo ada sponsor perusahaan yg ngerekrut kita dan ada undangannya tp kita di sini dalam keadaan tidak bekerja gimana mas?
    terimakasih mas....

    ReplyDelete
  5. Saya juga dapet 5 taun gak dimintain apa2.. BUkan penulis.. Gak tenar..hihihi
    Ini ceritanya:

    http://www.vikaoctavia.com/2014/08/approval-visa-amerika/

    ReplyDelete
  6. Misi mau nanya min, kalo misalnya saya ikut tour travel ke amerika sendiri tanpa keluarga dan umur saya masih 19 tahun , kiri kira diterima ga?

    ReplyDelete
  7. Kalo rekening kering tp punya saudara di amerika gimana ya??

    ReplyDelete

  8. Saya baru di tolak sama dubes american yg niga ;( , padahal apply visa student ,jwban yg saya berikan cukup jelas .tetapi di tengah2 wawancara sy gugup karena dia bertanya sangat detail sehingga dia kelihatan tidak percaya dengan saya . Sedih :( ,jumat sy maju lagi

    ReplyDelete
  9. Saya baru dapat visa US dan mengalami hal yang sama saat sudah menyiapkan setumpuk dokumen tp sama sekali tidak dilihat. hanya ditanya mau ngapain?//Jalan2, dan sama siapa?//tunangan. Fyi, saya hanya freelance writer dg gaji tak sampai 5jt/bulan plus masih dipotong pajak hehehe, so lucky!

    ReplyDelete
  10. Thank you, very helpful😉

    ReplyDelete

Bebas komentar apa saja, asal damai. Terima kasih banyak :*