Search This Blog

Wednesday, December 29, 2004

Terbakar Buas

Jam 00.38
Kami, empat manusia yang dipersatukan dalam rasa dan asa, sedang terbelalak tanpa kedip dengan mulut ternganga, seolah tak percaya dengan tayangan berita TV yang sedang memperlihatkan korban badai tsunami. Sungguh menyedihkan dan memilukan. Lalu tayangan terpotong insert salah satu acara TV tentang ‘kejamnya dunia’.

“Menurut lo, kenapa sih manusia punya kecendrungan buat menikmati penderitaan orang? Contoh paling gampangnya aja, tayangan-tayangan TV yang ngulas tentang penderitaan orang atau kriminal biasanya dapet rating tinggi! Atau tayangan infotainment yang beritanya ‘biasa-biasa aja’ kaya perayaan ulang tahun, perayaan perkawinan (yang tanpa masalah), atau opini tentang sesuatu, pasti komentar kita ‘ahh gak seruu nih!!”

“Bukan menikmati kali, tapi itu buat ngingetin aja kalo kita sebagai manusia punya kemungkinan buat ngalemin hal yang serupa”

Okeh, pembicaraan terhenti. Karena kami sebagai manusia juga diingatkan oleh rasa kantuk pertanda beberapa organ tubuh ingin beristirahat.

Jam 02.48
Terdengar suara sirine yang masih absurd.

“Eh kayanya ada kebakaran, ya? Kok kaya sirine pemadam?”

Tidak ada jawaban. Dua teman tidur pulas (atau sok pulas?). Satu teman sedang mengobrol maya dengan harapan dan imajinasinya.

Jam 03.09
TV mati. Komputer Mati. Yeah. Lampu mati.
Suara sirine makin terdengar nyata.
Satu teman yang tidur pulas terbangun dan keluar kamar melihat keadaan..

“Haaa! Gede banget apinya! Gak jauh dari sini! Dipinggir jalan raya! Kayanya restoran deh!”

Dan memang benar. Satu restoran yang jaraknya kalo ditarik lurus sekitar 10 meter dari tempat kami, terbakar buas. Para tetangga berkerumun keluar rumah. Beberapa diantaranya menontong dari balkon rumah masing-masing.

“Ayo kita lihat dari deket?!”

“Ah ngapain sih? Kita tidur aja”

“Eh kapan lagi? Buat bahan obrolan besok?! (bahan siaran)”

“Eh, celana gue mana?”

“Punya jaket gak?”
“Pake BH nya!”

“Bawa Lighter doong, masih punya rokok kan?”

“Eh jangan lupa bawa snack!”

“Ada yang jual roti gak ya di deket yang kebakaran?”

“Bawa HP! Ntar kita rekam”

Jadilah kami berempat, manusia-manusia yang harus selalu diingatkan, bertamasya subuh melihat restorang yang cukup terkenal di Bandung, luluh lantak karena terbakar. Teman saya, sibuk dengan snacknya. Sementara yang lain sibuk merekam video, dan foto-foto di depan TKP. Sepertinya panas Api tidak akan bisa menghalangi segala ke-eksis-narsisan.

Satu usulan untuk produser acara Reality Show, bikin deh acara ‘bakar rumah’. Mungkin bisa dapet rating tinggi.

No comments:

Post a Comment

Bebas komentar apa saja, asal damai. Terima kasih banyak :*