Search This Blog

Tuesday, January 19, 2010

discriminASIAtion

Saya orangnya haus pujian.

Jadi pasti benci hinaan.

Makanya jadi sering mendadak sakit jiwa kalo ada orang kasih pujian yang penuh hinaan.

Bermula pas hari pertama bekerja di sini (alkhobar), saya disambut seorang learning specialist asal Egypt.
Baru aja jalan 3 langkah dari pintu, dia tiba-tiba teriak, "You're so tall! Are you really from Indonesia?! We used to see Indonesian just as tall as this!" Sambil merendahkan telapak tangannya ke arah lantai sambil tertawa terbahak-bahak...

Hhhhhhhhhhhh, lo kira kita bangsa liliput?!

Rupanya si sang "spesialis pembelajaran" ini belum belajar banyak tentang Indonesia. Mungkin dia bakal muntah dahak kalo bertatap muka dengan Suparmono asal Lampung yang tingginya memecahkan rekor MURI; 2,42 meter saja.

Lalu ketika ngobrol-ngobrol bau beol dengan customer asal Jerman, tiba-tiba aja di tengah pembicaraan dia nyela, "If you're Indonesian, how can you speak English so well?!"

???!!

'So well' bibir lo dowel...
Perasaan pilihan bahasa yang saya pake paling sederhana; bisa ditemuin di buku panduan percakapan asing halaman pertama.
Dia mungkin bakal mimisan kalo denger banyak anak-anak SD Indonesia sekarang yang kalo bersin aja pake bahasa Inggris.

Lain lagi pas saya lagi buka rekening di Bank, tiba-tiba si abang customer service begitu liat Iqama (KTP) saya langsung berkomentar aneh, "Oooh you're white Indonesian!"

Gila, emangnya kita burung merpati pake pembedaan warna warni?
Lagian kagak tau apa kalo krim TjeFuk itu buatan asli Indonesia?

...

Euh, emang gak nyambung, tapi gak bingung... kan? kan? :)


Terus, pas lagi bersiin mesin Lamarzocco di toko sambil nyanyi-nyanyi lagu I Gotta Feeling-nya Black Eyed Peas, partner asal Syria langsung terkesima, "Hah? You know this song? You know Black Eyed Peas?"

Ya elah, "cuma" BEP doang. Kagak tau aja dia Rihanna udah dua kali gagal manggung di Jakarta.

Duh, iyaaa... makin nggak nyambung... tapi ngerti , kan, Bung? :p

Lalu, lalu,..
Di saat musim dingin tiba pas lagi baca The Lost Symbol-nya Dan Brown di bangku taman tengah kota..

... tiba-tiba seorang om-om berdandan ala Osama Bin Laden versi hip hop menghampiri dan..., "Ha? You read this kind of book? You understand it?!"

?!^&^&^@%!$!$!*&^$%$!

Haa, you have Facebook?
You have BLOG?!
You can drive?!
There's mall in your country!?!
There's also movie theatre?!!?!?!?!


Tiba-tiba semua pertanyaan ganggu itu meneror otak saya; saling tumpang tindih, bikin darah mendidih..
Ingin rasanya buka baju sambil teriak-teriak melempaskan kekesalan Aaaahh, dasar kalian teroris!!!

OOPS..

Seketika itu juga petir menggelegar disertai angin puyuh menyerupai puting beliung...

tiba-tiba dunia hampa dan hening, hanya ada saya dan cermin bening...

weiss, drama abis, cing


Ah payah... merasa kaum tertindas tapi ternyata sama saja gak berkelas..

Deep inside my ass heart, I do judge people by their nationality.

Kalo orang A pasti teroris, orang I selalu rasis, orang M tentulah malingabis, atau orang B bau amis.

Kota ini telah menampar pipi, menghantam perut, dan menendang pantat saya sampai babak belur untuk saling memahami tradisi tiap bangsa yang kadang saling kontradiktif.
Apalagi ditambah beban pas awal-awal bekerja, saya adalah manusia Indonesia percobaan pertama di perusahaan. Jadinya tindak-tanduk saya seakan jadi identitas bangsa. Tempat kerja serasa jadi arena olimpiade.Jadinya saya mesti jaga image dan nahan kentut. Saya gak mau citra Indonesia jadi bau.


Yah... perdamaian mungkin memang hanya cita-cita belaka, karena kebencian akan tetap berkobar-menyeimbangi percintaan.

Tapi setidaknya saya sekarang sedang belajar untuk membenci orang secara pintar; tidak jadi ikut membenci asal negaranya, agamanya, apalagi merek celananya.


Udah aja, deh, ya.
Mari.




[VB @ Alkhobar 2010]