Search This Blog

Monday, November 07, 2011

Adudombatainment

Hai apa kabar sih?


*grogi gak jelas*


Setelah sekian lama absen blogging, sekarang rasanya jadi kaku-kaku gak enak gimana gitu ngetiknya. Berasa nyapa sahabat lama yang sempet ditinggalin gara-gara ketemu temen baru yang ternyata bau.


Maaf ya, blog. KINI AKU KEMBALI!!!


......


Ya udah deh, marah gak marah, sekarang giliran aku ngasih kabar ya.


Sembilan bulan terakhir ini hidup terombang-ambing berbagai ujian, rahmat dan rezeki. Alhamdulillah gak pake ya.


Banyak kerjaan yang bahkan gak pernah kepikiran sebelumnya.


Salah satunya menulis lagu SM*SH. Yeah, please do judge me all you like, brow! :p


Tapi jangan ngehina dulu kalo belum denger lagu Akhiri Saja, Selalu Bersama dan Ahh. Gak maksa buat suka, tapi aku benci kalo belum denger udah asyik kritik. Kayak belum pernah ciuman udah nuduh mulut kita bau.


Alhasil, aku berasa ngelahirin 3 bayi kembar; promosi Kedai 1001 Mimpi + rekaman album perdana SM*SH + mengurus Warung Ngebul. Semuanya lahir di waktu yang bersamaan.


Kadang mesti pontang-panting biar ketiganya berjalan beriringan tanpa ada yang saling iri dan mencaci maki. Dan kadang sayangnya ada pula yang memanfaatkan momen ini.


Suatu sore di kawasan Kuningan Jakarta, aku diwawancara sebuah majalah untuk Kedai 1001 Mimpi. Si pewawancara ini ditemani cowok bertopi yang selama proses interviu asyik memainkan camcorder. Agak keganggu, sih. Tapi lebih baik lah daripada memainkan perasaan.


Setelah wawancara berakhir, si cowok bertopi mendadak ngenalin dirinya; ternyata doi seorang 'jurnalis' sebuah infotainment. Ngakunya.


“Boleh tanya-tanya soal SM*SH?” tanyanya sopan sambil menyalakan camcorder. Aku lantas merapikan jambul dan mencukur jambangku.


“Apa benar saat ini ada huru-hara dalam manajemen SM*SH?”


HAH? Kirain mau nanyain lagu-lagu buatanku atau apalah yang gak ngundang prahara dan dusta.


“Kalo itu sih, tanya manajemen aja. Saya gak tau apa-apa karena gak terlibat di dalamnya. Kalo nanya seputar lagu yang saya buat, ayo.”


“Apa tanggapan anda tentang (menyebutkan salah satu personil) yang terlibat cekcok dengan (menyebutkan personil lain) gara-gara (menyebutkan peristiwa yang menggemparkan).”


Bused. Si cowok bertopi ini gigih sekali.


“Maaf itu pertanyaan apa pernyataan pancingan yang gak jelas kebenarannya? Bau-baunya kok fitnah banget?” Aku mulai gerah sambil mencoba menurunkan camcorder-nya.


Si cowok bertopi tersenyum getir, mematikan camcorder.


“Ayolah, jawab aja ada masalah atau apa, kek. Nanti kita bantu mas biar terkenal.”


Aku mendadak merasa terhina, disamakan dengan mereka yang depresi mencari perhatian lewat ajang huru-hara berbalut entertain gak pake ment ini.


“Ya elah, Mas. Wawancara orang yang kebelet jadi artis aja, deh,” aku lantas beres-beres seperti pembantu pundung yang ingin pulang kampung.


Yah. Itu lah. Aku sudah banyak menerima drama dari buku-buku yang aku tulis. Belum siap dengan episode baru.


Aku juga mau kok dikenal orang banyak. Tapi karena karya, bukan huru-hara.

Karena kenangan indah, bukan adu domba.

Mbeeeeek.


Eh, ini belum kelar. Tapi meja nomor lima ada yang cakep. Aku usaha dulu ya.

Sampai nanti!

1 comment:

  1. heuuu...yang sabar bang dan tetap semangat!! ganbate!!

    ReplyDelete

Bebas komentar apa saja, asal damai. Terima kasih banyak :*