Search This Blog

Monday, November 03, 2008

Kecele deh!

Beberapa tahun silam, saat gue dan salah satu geng masih tinggal satu kota dan berbagi cangkir kopi, kita sering sharing ide secara brutal ngebahas kemungkinan profesi dan jasa yang bakal booming—dibutuhkan masyarakat atau seenggaknya kita yang membuat jasa itu menjadi diminati orang banyak.

Beberapa ide berkesan mustahil terlontar dari masing-masing mulut kami, bersamaan dengan meluapnya racun-racun nikotin yang kembali terhirup oleh hidung yang lain. Diantaranya adalah jasa pemotretan perceraian. Ide ini terlontar dengan dasar pemikiran kalo jasa pemotretan pre-wed saja begitu laku—dengan pose duduk manis berdua sambil saling tunjuk awan dan daun singkong, bukannya gak mungkin kalau jasa pemotretan after-wed (perceraian) ada peminatnya.

Pose fotonya merangkaikan cerita latar belakang penyebab perpisahan, bisa secara harafiah—misalnya, kalo keputusan perceraian mulai tercetus akibat kebiasaan ngorok suami yang superganggu, pose fotonya: si mantan suami sedang tidur lelap dengan mulut menganga lebar, dan sang mantan istri menutup kuping dengan mata merah dan mimik muka kesal sambil menggigit pisau dapur.
Atau pose foto secara simbolis; biarkan si yang ngeliat foto itu yang nebak-nebak sendiri apa penyebab perceraiannya. Misalnya si mantan suami dan si mantan istri lagi pegang piring berisi sebuah sepotong pisang lembek atau potongan buah apel busuk penuh bilatung.

Atau kalo mau sekalian frontal dengan pose saling lempar piring juga boleh.
Tapi kalo pengen kekeh tetep duduk manis sambil tunjuk awan dan daun singkong pun gak masalah. Tapi posisi duduknya jauhan ya.

Iya... ide ini mungkin berkesan tolol, dan bisa jadi mancing segelintir orang buat berpikir, jangan-jangan jasa pemotretan perceraian malah bakal ngedorong orang-orang buat cerai! (Maklum, masyarakat kan semakin kritis dan mistis)
Tapi masa sih ada yang bela-belain berpisah cuma gara-gara pengen pake jasa foto perceraian ini?
Lagian kalo mau liat sisi baeknya, jasa ini bisa bikin orang-orang yang memang kadung cerai, bisa tetep rukun-damai sekaligus memberi pengumuman kepada dunia melalui koleksi foto perceraiannya, bahwa: “Iya, kami bercerai dan kami baik-baik saja.”

Nah, beberapa tahun kemudian, pas kami kembali bergulat dengan aktifitas dan ketika sebagian besar pikiran ini terampas oleh permasalahan cinta yang tak pernah berakhir, ide-ide mustahil pun mulai terlupakan... seakan raib bersamaan dengan hilangnya sang pujaan hati....

Sampai akhirnya…
sebuah kenyataan mengumpulkan kembali kepingan hayalan yang sudah hilang. Memang pahit, tapi memberikan harapan.

Gue baru aja baca rubrik “Tunggu Dulu” di koran Pikiran Rakyat edisi hari ini (Sabtu 1 November 2008): ada seorang fotografer bernama Gianni Fasolini di Italia, membuka bisnis jasa pemotretan bagi pasangan yang akan bercerai! Salah satu alasan sederhananya, karena angka perceraian di Italia terus meningkat tajam.

Ah, teman! Tuh kan, memang gak ada ide yang nggak mungkin. Tapi kalo kita sebatas ngebahas doang dan akhirnya cuma nulis di note ini, bakal keburu keduluan dilakuin orang… HIKS!

Yuk, mulai saat ini—mumpung semangat Sumpah Pemuda masih berkobar liar— mari kita buat semua hayalan jadi kenyataan!