Search This Blog

Tuesday, March 17, 2009

Pintu teater aib telah dibuka...

..para penonton dipersilakan untuk menghirup aroma busuk....

Iyaaa... inget, kok... serapet-rapetnya nutupin aib, busuknya bakal kecium juga.... 
Tapi kadang karena saking udah gak tahannya nyium sendirian, malah kita sendiri yang bagi-bagi bau busuk ke sana kemari dengan alasan pertemanan atau curhat time.

Motif curhat aib biasanya, sih, karena kita cari dukungan / pembenaran (pengalaman pribadi.. hehe!). Kita sebenernya sadar betul kalau udah ngelakuin sesuatu yang nggak bener, tapi kita punya berbagai macam alasan pembenaran (yang sayangnya juga seringkali salah)—yang porsinya mendominasi 80 % pengakuan.

Setelah berkecimpung secara profesional dalam dunia aib—baik sebagai pelaku ataupun korban, kayaknya ada jenis aib yang lebih baik disimpen sendiri... yaitu aib yang dilakukan / melibatkan orang lain—dan merugikan pihak ketiga. (Hhhm, jangan ketuker antara nentuin pihak ketiga sama orang ketiga, ya... Hehe!) 

Biar gak bingung, bayangin aja kasus “klasik” perselingkuhan antar temen (yang semua pihaknya adalah temen baik lo) atau kasus penggelapan uang di kantor (yang mana pelaku dan bos juga “temen baik” lo). 

Ketika kita berada di pihak yang jadi "korban penyimpan aib", suasana jadi serba bimbang karena kita secara halus seolah berperan sebagai orang yang bermuka dua. Pilihan pertemanan seakan jadi rancu antara mesti mihak kebohongan dan kebenaran... karena keberpihakan pada salah satunya sama-sama berpeluang buat saling menyakiti yang lain. 
Dan beban makin menggunung, kalo ada “tim penguak fakta” yang mulai mencium keberadaan kita sebagai “persaudaraan penjaga rahasia” layaknya Priory of Sion (di buku Da Vinci Code) yang dikejar-kejar sepanjang masa itu.

Dan dari semua itu, ada kekhawatiran; sampai kapan kita bertahan (jaga aib orang)? Toh, negara Swiss aja yang terkenal jago nyimpen identitas para penabung dunia mulai melonggarkan rahasia banknya akibat tuntutan internasional. 

Tapi kalau pun kita memutuskan buat jadi “pahlawan kebajikan” ala Saras 008, bisa jadi malah nambah masalah baru ya... karena perhatian sama ikut campur bedanya tipis kaya pembalut anti tembus. Dan alih-alih bisa menyelesaikan masalah, bisa-bisa kita malah ikut duduk di kursi terdakwa. Coba saja perhatiin kasus-kasus peradilan, orang-orang yang cuma sekedar mengetahui tanpa ikut bertindak pun bisa ikut masuk bui.

Yaaah, bisa jadi ini cuman drama harian biasa, tapi yang pasti, sih, realita.... 
Intinya, daripada bagi-bagi aib, mending bagi-bagi ai-phone!! 

Serapet-rapetnya ketek dilipet, baunya malah makin sepet...

[Image is taken from http://fragrancebouquet.blogspot.com/2007/10/smelly-facts-glance-at-anosmia.html]

Punya pengalaman serupa? Boleh kok, bagi-bagi...