Search This Blog

Thursday, March 19, 2009

Rasis makin eksis??

Komplotan kupu-kupu berpesta pora menenggak madu di antara bunga-bunga multi warna di taman kota. Beberapa di antaranya berseliweran menelusuri ranting pohon rindang sembari menggoda ulat-ulat yang tak sabar memiliki sayap. 
Aaah, pemandangan yang sempurna. Sesempurna sepasang bola mata biru jernih milik seorang anak kecil yang tiba-tiba memandangi gue dari atas sampai bawah. 

“STUPID PHILIPPINO!” Teriaknya sambil nunjuk-nunjuk ke arah muka gue.

“I’m not Philipino, you asshole!!” Hardik gue secara refleks karena kaget, sambil agak-agak nyesel ngeluarin kata “asshole” di depan bocah ingusan.

“So you’re just only STUPID, then!” ujarnya cengengesan sambil mamerin mimik bengal—pengen dilempar sendal, terus langsung lari tunggang-langgang.

Sial! Tapi gue malah ikut cengar-cengir... karena ada kata-kata yang harusnya lebih disesali selain “asshole”—ternyata alam bawah sadar gue lebih “terhina” disebut sebagai orang Filipina daripada orang bodoh. 

Maaf-maaf, bukan itu sebenernya maksud gue... tapi cuman pengen berbagi resah aja akan kepesimisan gue akan konsep “the world will be as one” ala John Lennon. Hmmm, "pesimis" mungkin agak kurang tepat ya... tapi gini, loh...
Gue juga pengen, kok, di muka bumi ini kita bisa saling bercengkerama tanpa praduga, bergandeng tangan tanpa prasangka, saling merangkul dan berjabat tangan tanpa ada kepentingan politik di baliknya. Gak perlu ada kebencian, kemarahan, dan penghinaan. Hidup tenang tanpa perang dan gak perlu nyawa yang sia-sia melayang. 

Tapi harapan kadang bikin kita lunglai sama kenyataan. Kaum rasis dan ekstrimis tetep bahkan mungkin semakin eksis. Gak usah jauh-jauh ke luar negeri kalo mau nemuin bentuk kebencianyang khas dari mereka. Di desa tetangga aja masih ada yang perang antar suku. Yang satu suku aja bisa perang agama. Yang satu agama pun kadang perang tafsir. 

Mungkin kita perlu memperluas konsep akan menerima perbedaan; selain damai dalam keragaman, juga menerima kenyataan adanya macam manusia yang membenci perbedaan itu sendiri…

Bukannya mendukung, ya! Tapi kan, sudut pandang yang berseberangan termasuk dalam unsur perbedaan juga… :)
Dengan begitu, kita bisa lebih kuat dan tenang baik secara mental maupun emosional kalo suatu saat mesti berhadapan dengan mereka (para rasis/ekstrimis)… dan (semoga aja) kita bakal terhindar dari sikap refleks atau defensif yang malah bikin kita jadi jauh lebih rasis atau malah ekstrimis dari mereka… 

Rasis? Baik ya??? (HAJAR!!!!)

http://www.nicolemart.com
[VB]
Pernah jadi korban rasisme? Cerita dooong!