Search This Blog

Wednesday, February 18, 2009

Orang pintar tolak minum angin

Sambil meringis menahan pahitnya minuman yang dibuat dari biji kopi hasil fragmentasi pada kotoran luwak, gue terkesima menyimak gaya bicaranya yang bak seorang sastrawan, “Ah, apalah arti rentetan kata tanpa makna ini. Aku hanya ingin mengisi keheninganku dengan buah hati dan pikiran yang terjaga.”

Sungguh, kita berdua saat itu gak lagi main teater. Dari mulutnya sering sekali terucap berbagai istilah yang bahkan cara menulisnya pun gue bingung. 

Eh, sorry kalo elo ikutan bingung :). Jadi di suatu sore kelar sebuah acara talkshow buku, gue ngobrol sama seorang mahasiswa yang ngebet banget pengen sharing ide buat bikin novel. 
Gue sama dia sebelumnya udah berkomunikasi via YM dan SMS, dan gaya bahasanya memang cenderung ajaib. Tapi gue tetep aja gak nyangka kalo cara ngomongnya juga bakalan bagai rangkaian aksara yang terjalin indaaah....

Alhasil selama obrolan, gue cuman banyak melongo dongo nyoba nangkep maksud omongannya. Dan curiganya dia juga kecewa sama gue yang ternyata gak sastra-sastra amat.

Tapi yang bikin sebel, saat gue nanya arti dari istilah-istilah misteriusnya itu, mimiknya kayak yang kesel, seakan-akan mengisyaratkan,”Iiih, gimana, sih? Katanya penulis? Kok bego banget?!?” disertai helaan napas intimidatif yang seakan waktunya banyak hilang hanya untuk menerangkan kata-katanya yang telah terucap.

Sambil nahan emosi biar gue gak ngelempar cangkir kopi ke mukanya yang bermimik senga itu, gue sempet mikir gini; Duuuh, gue yang bego atau dianya yang sok pinter, ya?

Tapi seriring dengan pertanyaan itu, gue jadi inget masa-masa awal kuliah hukum dulu. Saat itu gue lagi euforia-euforianya sama berbagai istilah hukum yang baru gue denger. Sensasi istilah baru ini bikin ucapan sehari-hari (yang sama sekali gak ada kaitannya dengan pengadilan), penuh oleh kosakata hukum—bahkan saat berantem sama pacar sekali pun! Kayaknya ada kepuasan batin tersendiri kalo bikin lawan bicara gak ngerti sama omongan kita :)) 

Misalnya,
”Lagi-lagi elo wanprestasi* ama gue! Gue udah jengah denger segala macemeksepsi** dari lo! Pokoknya mulai sekarang kita Void ab initio***!


Padahal maksudnya cuman...
* ngeboongin
** alesan
*** putus

Dan arti sebenernya adalah...
* ingkar janji atau cidera janji, secara umum mengandung arti tidak dipenuhinya suatu kewajiban yang timbul dari perikatan.

** keberatan terhadap kompetensi pengadilan untuk mengadili perkara yang bersangkutan.

*** perjanjian yang batal atau tidak memiliki akibat hukum sejak awal diadakan, dianggap tidak pernah memiliki akibat hukum.



Alhasil mimik sang pacar—yang bukan anak hukum itu, derajat terpananya menyerupai mimik gue ketika menghadapi sang pujangga yang saat itu masih saja beringas menebar gairah kosakata langkanya….

Dan lebih sialnya lagi, cangkir yang gak pernah lepas dari genggaman itu pun telah kosong; kiniterisi angin sepoi-sepoi yang sibuk menggelitik ke sana kemari hingga akhirnya membelai gendang telinga gue, seakan berbisik; “Pinter itu bukan berarti sejauh mana kita bisa bikin lawan bicara tampak bodoh, tapi pinter itu sejauh apa kita bisa bikin orang (yang kita anggap) bodoh mampu nangkep maksud omongan kita.…”

[by VB]

Ikutan ngasih komentar, yuuuk, di sini!
You must sign up for Facebook to add or see all comments.