Search This Blog

Saturday, July 05, 2014

Surat 1002: Kami Yakin Tuhan Tidak Akan Meninggalkan Kami Begitu Saja


Dear Valiant,


Saya Mayang, salah satu pembaca Kedai 1001 Mimpi yang kini tengah membaca buku lanjutannya. 
Kedai 1001 Mimpi merupakan buku pertama anda yang saya baca. Pada awalnya saya teramat kaget membaca penuturan anda tentang negara itu. Unbelievable. Tapi saya ingat betul kata-kata suami saya, "Nyatanya memang agama Islam diturunkan di sana kan? karena memang ada yang harus diluruskan di sana." Pada akhir halaman, saya justru merasa Kedai 1001 Mimpi adalah salah satu buku paling nasionalis yang pernah saya baca. It's true.


Memang saya telah mengetahui sebelumnya bahwa anda kerap mendapatkan cacian, tapi saya sungguh tidak menyangka akan sebrutal itu kejadiannya. Saya sungguh sedih membaca teror-teror yang pernah anda terima di buku Kedai 1002 Mimpi. Kok bisa ada orang yang setega itu kirim sumpah serapah bahkan ancaman. Bahkan anda tidak merugikan masyarakat (orang-orang Indonesia) dengan menceritakan pengalaman-pengalaman di sana. Hanya dengan membaca buku anda, hati saya merasa sangat berat. Orang-orang kita memang pada jago banget jadi hakim.


Sekarang giliran saya yang cerita ya. Mama saya merupakan trendsetter pedagang makanan ringan di pasar daerah saya. Awalnya kami hanya punya lapak di pinggir jalan, dengan stok yang seadanya. Berkembang dan berkembang hingga mama mampu menyewa ruko dan memperbanyak stok. Kesuksesan Mama diikuti oleh pedagang-pedagang lain hingga akhirnya terdapat tiga toko lain di pasar itu. Ya namanya juga orang dagang, ada aja naik turunnya. Mulai dari pegawai yang suka bolos, pegawai suka nyuri, terlilit hutang dengan pemasok, diseneweni pelanggan, dll. Pada tahun  pertengahan hingga akhir 2012, keadaan ekonomi Indonesia memang sedang tidak baik. Saya tidak pernah menyangka, hal ini ternyata memberikan imbas yang sangat besar di skala mikro (pasar). Inflasi mengakibatkan harga barang naik dan menurunkan daya beli masyarakat. Selain itu kondisi pasar yang sedang diperbarui juga membuat toko makin sepi pelanggan. Omzet toko turun hingga 50%. Sampai saat ini, kami masih berusaha bertahan dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada. Kami yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kami begitu saja.


Suatu ketika Mama bercerita bahwa tokonya sedang "dijahili". Ada yang sengaja menabur tanah pemakaman di depan toko. Beberapa kali Mama juga pernah melihat pocong di seberang toko. Anehnya tak ada yang melihat selain Mama. Sungguh saya tidak habis pikir. Kenapa ada orang sebegitu siriknya dengan rejeki orang lain sampai perlu melakukan hal-hal seperti itu? 


Kenapa ada orang yang dengan mudahnya mengatakan orang lain kafir padahal ia belum tentu suci dan menjalankan syariat agama dengan setegak-tegaknya? Kenapa ada yang mengatakan sebuah karya itu sampah padahal ia sendiri tidak pernah menelurkan satu karya pun? Dan mengapa ada orang yang dengan mudahnya ikut-ikutan membenci, mencaci, menuduh, serta menatap tajam orang lain tanpa melakukan klarifikasi terlebih dahulu? Akal seharusnya ada untuk memperjelas prasangka bukan malah memperkeruhnya, kecuali dia sudah pakai kacamata kuda.


Anyway, melalui email ini saya juga ingin menyampaikan bahwa anda termasuk penulis yang buku-bukunya akan selalu saya update di koleksi pribadi saya. Ada dua buku yang belum dibeli sih, The Journey itu, lebih karena saya ingin menikmati karya murni anda dalam satu buku utuh.


Semoga kesehatan, keselamatan, serta keberkahan senantiasa tercurah pada anda. Semoga juga kali berikutnya main ke Bandung saya sempat mampir ke Warung Ngebul. Sukses yah!


:)


Salam sayang,


Mayang Dwi Astrini







Dear Mayang,


Sampai saat ini, saya selalu bahagia dengan pembaca yang bisa menerima isi buku Kedai 1001 / 1002 Mimpi. Berhubung masih ada yang rajin menyatakan benci, jadi selalu menghargai yang bilang cinta!


Jangankan anda loh, teman-teman saya pun banyak yang tidak menyangka dengan drama pasca 1001 ini. Bisa jadi karena persona yang saya tampilkan selalu berusaha ceria dan ngebanyol. Tidak masalah sema sekali, sih. Karena justru dengan membuat orang lain senang, hati saya ikutan riang. Isi hati yang perih cukuplah diberitakan pada orang-orang terpilih.


Baca suratmu bikin saya ingin menjamu Mamamu, deh! Beliau suka kopi atau teh?

Saya mendadak menyeringai saat baca tentang kelakuan pegawai Mamamu. Memang ya, salah satu tantangan besar dalam berdagang adalah mencari pegawai yang sesuai. Sampai kami juga pernah loh, warung buka tutup semampunya cenderung seenaknya, karena hanya saya dan kakak yang bekerja.

Tantangan besar berikutnya? Ya, tertimpa jahil yang seperti Mamamu alami. Betul, itu juga masih pertanyaan saya; kalau mau maju, kenapa juga harus mematikan yang lain. Sebagai pedagang tentu saja kami juga ingin untung besar ya. Tapi apalah untung besar kalau harus menyakiti pedagang lain.


Ngomong-ngomong usaha Mamamu masih sering dijahili, gak?

Semoga dikuatkan jiwa dan raganya!


Oh ya, jadi pengin cerita dikit ah, jadi di kamarku yang di Bandung, sering ada penampakan dan suara-suara aneh. Lucunya keanehan ini sering kumat kalau teman-teman saya datang. Jadinya mereka yang heboh, karena saya jarang bercerita kelakuan makhluk-makhluk mungkin halus itu. (Ya saya masih berharap itu efek halusinasi atau kecoak jahil)

Dulu sempat terganggu, tapi kini saya suka sapa-sapa mereka kalau pergi / pulang dari bepergian lama;“Teman-teman gaib, saya pergi dulu yaa! Selamat berpesta ria! Jangan lupa beres-beres setelahnya!” (Saya pernah menemukan tumpukan rambut panjang di bawah kasur-mungkin mereka baru maen kepang rambut)

Kalau ada kejadian aneh, saya tanya-tanya, “Kenapa sih? Lagi sedih ya?”

Padahal saya gak bisa lihat mereka, jadi meracau sendirian saja di kamar. Anehnya, setelah 'diajak ngobrol' kamar kembali adem!
Saya yakin, seandainya memang mereka benar-benar ada (bukan halusinasi kami), mereka ternyata seperti anak kecil sekadar minta perhatian dan akan berkurang level caper-nya kalau kita ajak ngobrol.

Kesimpulan: coba kamu ajak ngobrol pocong yang ganggu Mamamu ya, haha!


Sekarang memang masih ada saja pembenci yang membabi buta, yang bahkan babi buta pun kalau saya perhatikan di saluran tipi hewan tidak serta merta melabrak rusak injak-injak. Tapi ya, melihat gerak-gerik mereka mencaci & bahasa yang dipakai, membuat saya bertanya-tanya, apakah justru yang mereka benci itu diri sendiri? Dan kita hanya jadi korban pelampiasan?

Terima kasih Mayang untuk dukungan dan doanya, semoga ada kesempatan bertatap muka, tanpa keterlibatan pocong atau makhluk jahil lainnya ya!

Salam hangat

Valiant

No comments:

Post a Comment

Bebas komentar apa saja, asal damai. Terima kasih banyak :*