Dear
Valiant,
Saya
Mayang, salah satu pembaca Kedai 1001 Mimpi yang kini tengah membaca
buku lanjutannya.
Kedai 1001 Mimpi merupakan buku pertama anda yang
saya baca. Pada awalnya saya teramat kaget membaca penuturan anda
tentang negara itu. Unbelievable. Tapi saya ingat betul kata-kata
suami saya, "Nyatanya memang agama Islam diturunkan di sana kan?
karena memang ada yang harus diluruskan di sana." Pada akhir
halaman, saya justru merasa Kedai 1001 Mimpi adalah salah satu buku
paling nasionalis yang pernah saya baca. It's true.
Memang
saya telah mengetahui sebelumnya bahwa anda kerap mendapatkan cacian,
tapi saya sungguh tidak menyangka akan sebrutal itu kejadiannya. Saya
sungguh sedih membaca teror-teror yang pernah anda terima di buku
Kedai 1002 Mimpi. Kok bisa ada orang yang setega itu kirim sumpah
serapah bahkan ancaman. Bahkan anda tidak merugikan masyarakat
(orang-orang Indonesia) dengan menceritakan pengalaman-pengalaman di
sana. Hanya dengan membaca buku anda, hati saya merasa sangat berat.
Orang-orang kita memang pada jago banget jadi hakim.
Sekarang
giliran saya yang cerita ya. Mama saya merupakan trendsetter pedagang
makanan ringan di pasar daerah saya. Awalnya kami hanya punya lapak
di pinggir jalan, dengan stok yang seadanya. Berkembang dan
berkembang hingga mama mampu menyewa ruko dan memperbanyak stok.
Kesuksesan Mama diikuti oleh pedagang-pedagang lain hingga akhirnya
terdapat tiga toko lain di pasar itu. Ya namanya juga orang dagang,
ada aja naik turunnya. Mulai dari pegawai yang suka bolos, pegawai
suka nyuri, terlilit hutang dengan pemasok, diseneweni pelanggan,
dll. Pada tahun pertengahan hingga akhir 2012, keadaan ekonomi
Indonesia memang sedang tidak baik. Saya tidak pernah menyangka, hal
ini ternyata memberikan imbas yang sangat besar di skala mikro
(pasar). Inflasi mengakibatkan harga barang naik dan menurunkan daya
beli masyarakat. Selain itu kondisi pasar yang sedang diperbarui juga
membuat toko makin sepi pelanggan. Omzet toko turun hingga 50%.
Sampai saat ini, kami masih berusaha bertahan dengan sisa-sisa tenaga
yang masih ada. Kami yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kami
begitu saja.
Suatu
ketika Mama bercerita bahwa tokonya sedang "dijahili". Ada
yang sengaja menabur tanah pemakaman di depan toko. Beberapa kali
Mama juga pernah melihat pocong di seberang toko. Anehnya tak ada
yang melihat selain Mama. Sungguh saya tidak habis pikir. Kenapa ada
orang sebegitu siriknya dengan rejeki orang lain sampai perlu
melakukan hal-hal seperti itu?
Kenapa
ada orang yang dengan mudahnya mengatakan orang lain kafir padahal ia
belum tentu suci dan menjalankan syariat agama dengan
setegak-tegaknya? Kenapa ada yang mengatakan sebuah karya itu sampah
padahal ia sendiri tidak pernah menelurkan satu karya pun? Dan
mengapa ada orang yang dengan mudahnya ikut-ikutan membenci, mencaci,
menuduh, serta menatap tajam orang lain tanpa melakukan klarifikasi
terlebih dahulu? Akal seharusnya ada untuk memperjelas prasangka
bukan malah memperkeruhnya, kecuali dia sudah pakai kacamata kuda.
Anyway,
melalui email ini saya juga ingin menyampaikan bahwa anda termasuk
penulis yang buku-bukunya akan selalu saya update di koleksi pribadi
saya. Ada dua buku yang belum dibeli sih, The Journey itu, lebih
karena saya ingin menikmati karya murni anda dalam satu buku utuh.
Semoga
kesehatan, keselamatan, serta keberkahan senantiasa tercurah pada
anda. Semoga juga kali berikutnya main ke Bandung saya sempat mampir
ke Warung Ngebul. Sukses yah!
:)
Salam
sayang,
Mayang
Dwi Astrini
Dear
Mayang,
Sampai
saat ini, saya selalu bahagia dengan pembaca yang bisa menerima
isi buku Kedai 1001 / 1002 Mimpi. Berhubung masih ada yang rajin menyatakan
benci, jadi selalu menghargai yang bilang cinta!
Jangankan
anda loh, teman-teman saya pun banyak yang tidak menyangka dengan drama
pasca 1001 ini. Bisa jadi karena persona yang saya tampilkan selalu
berusaha ceria dan ngebanyol. Tidak masalah sema sekali, sih.
Karena justru dengan membuat orang lain senang, hati saya ikutan
riang. Isi hati yang perih cukuplah diberitakan pada orang-orang terpilih.
Baca suratmu bikin saya ingin menjamu Mamamu, deh! Beliau suka kopi atau teh?
Saya
mendadak menyeringai saat baca tentang kelakuan pegawai Mamamu. Memang ya, salah satu tantangan besar dalam berdagang adalah mencari
pegawai yang sesuai. Sampai kami juga pernah loh, warung buka tutup
semampunya cenderung seenaknya, karena hanya saya dan kakak yang bekerja.
Tantangan
besar berikutnya? Ya, tertimpa jahil yang seperti Mamamu alami. Betul, itu juga
masih pertanyaan saya; kalau mau maju, kenapa juga harus mematikan
yang lain. Sebagai pedagang tentu saja kami juga ingin untung besar
ya. Tapi apalah untung besar kalau harus menyakiti pedagang lain.
Ngomong-ngomong
usaha Mamamu masih sering dijahili, gak?
Semoga
dikuatkan jiwa dan raganya!
Oh
ya, jadi pengin cerita dikit ah, jadi di kamarku yang di Bandung, sering ada
penampakan dan suara-suara aneh. Lucunya keanehan ini sering kumat
kalau teman-teman saya datang. Jadinya mereka yang heboh, karena saya
jarang bercerita kelakuan makhluk-makhluk mungkin halus itu. (Ya saya
masih berharap itu efek halusinasi atau kecoak jahil)
Dulu
sempat terganggu, tapi kini saya suka sapa-sapa mereka kalau pergi /
pulang dari bepergian lama;“Teman-teman gaib, saya pergi dulu yaa!
Selamat berpesta ria! Jangan lupa beres-beres setelahnya!” (Saya pernah menemukan tumpukan rambut panjang di bawah kasur-mungkin mereka baru maen kepang rambut)
Kalau ada
kejadian aneh, saya tanya-tanya, “Kenapa sih? Lagi sedih ya?”
Padahal
saya gak bisa lihat mereka, jadi meracau sendirian saja di kamar. Anehnya, setelah 'diajak ngobrol' kamar kembali adem!
Saya yakin, seandainya memang mereka benar-benar ada
(bukan halusinasi kami), mereka ternyata seperti anak kecil sekadar minta
perhatian dan akan berkurang level caper-nya kalau kita ajak ngobrol.
Kesimpulan:
coba kamu ajak ngobrol pocong yang ganggu Mamamu ya, haha!
Sekarang
memang masih ada saja pembenci yang membabi buta, yang bahkan babi
buta pun kalau saya perhatikan di saluran tipi hewan tidak serta merta melabrak rusak injak-injak. Tapi ya, melihat
gerak-gerik mereka mencaci & bahasa yang dipakai, membuat saya
bertanya-tanya, apakah justru yang mereka benci itu diri sendiri?
Dan kita hanya jadi korban pelampiasan?
Terima
kasih Mayang untuk dukungan dan doanya, semoga ada kesempatan
bertatap muka, tanpa keterlibatan pocong atau makhluk jahil lainnya
ya!
Salam hangat
Valiant
No comments:
Post a Comment
Bebas komentar apa saja, asal damai. Terima kasih banyak :*