Search This Blog

Showing posts with label surat1002. Show all posts
Showing posts with label surat1002. Show all posts

Tuesday, October 14, 2014

Surat 1002: Antara Logika dan Hati Nurani

Dear Vibi,

Seminggu terakhir ini saya tidak dapat memalingkan mata dari buku yang kamu tulis, Kedai 1001 Mimpi. Saya juga tidak dapat membiarkan waktu senggang saya terbuang tanpa membaca buku-mu.  

Mungkin saya adalah salah satu pembaca bukumu yang tidak begitu kaget dengan cerita-cerita yang ada di dalam Kedai 1001 Mimpi, lebih tepatnya sudah siap mental duluan, hehehe. Saya sadar dan yakin ada sejuta misteri terselubung di negari yang kamu ceritakan, sampai akhirnya membaca cerita-ceritamu merupakan bagian yang mampu membuat saya lebih yakin akan misteri-misteri tersebut.

Miris rasanya harus mengetahui lebih dalam seluruh kejanggalan yang terjadi di negara kerajaan tersebut. Sekitar tahun 2010 atau 2011 saya menjalankan ibadah umrah dan sedikit mendengar cerita mengenai adanya tempat perjudian di Saudi Arabia.

Awalnya memang terasa berat harus mendengar berita tersebut, seperti membenturkan hati nurani dengan logika berulang-ulang, terbayang kan beratnya? Hahaha!

Setelah melakukan beberapa pencarian ditambah lagi membaca buku yang kamu tulis, kemelut yang terjadi di negara kerajaan itu ternyata lebih dari "sekadar" tempat dan aktivitas perjudian yang saya dengar sebelumnya.  

Melalu surat elektronik ini saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya karena cerita-cerita yang kamu tulis semakin membuka mata saya mengenai negara tersebut. Apa yang telah terjadi di negara kerjaan tersebut (sayangnya-red) akan selalu dikaitkan dengan kepercayaan dan ajaran yang mereka peluk.

Inilah yang membuat saya semakin berpikir sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kepala saya beberapa tahun terakhir ini.

Vibi, Bolehkah saya bilang suatu kewajaran terhadap para pembenci tulisan-tulisan mu jika mereka mencaci maki dan melakukan teror terhadap dirimu baik secara langsung ataupun tidak langsung setelah membaca tulisan-tulisan tersebut?

Kalau iya, berarti kita sepaham dan tidak perlu diperdebatkan.

Dan, saya yakin kamu pasti sudah mempersiapkan diri untuk skenario terburuk yang akan terjadi ketika meyakinkan diri untuk menjadikan cerita-ceritamu menjadi sebuah buku yang akan diterbitkan dan dapat dibaca oleh orang yang berada di negara mayoritas muslim ini.

Jikalau tidak, menurut saya para pembenci yang mencaci maki serta meneror dirimu setelah membaca tulisan-tulisan mu adalah orang yang tidak mau, tidak mampu, atau bahkan tidak sanggup membenturkan logika dengan hati nuraninya.

Mereka terbayang seluruh ajaran yang mereka pahami hampir seumur hidupnya, yang mengajarkan kebaikan secara keseluruhan, nyatanya berbanding terbalik dengan cerita-cerita yang kamu alami secara langsung di tempat pertama ajaran tersebut disebarkan. Dan saya yakin, kamu pasti lebih paham alasannya mengapa mereka melakukan hal-hal tersebut.

Vibi, melalui email ini saya memberikan dukungan agar kamu tetap tegar, kuat, sabar, dan selalu semangat berkarya melalui tulisan-tulisan berdasarkan pengalaman nyatamu. Kenyataan memang selalu pahit, seandainya manispun pasti hanya sepersekiannya, bahkan terkadang manis yang dirasakan itu pun tidak nyata.

Saya percaya seluruh cerita-cerita yang kamu tuangkan dalam buku Kedai 1001 Mimpi benar adanya terjadi di Saudi Arabia tersebut. Mungkin ini email kesekian yang menyatakan dukungan kepada kamu yang jika dibandingkan dengan email penuh caci-maki dan teror mungkin tidak ada apa-apanya.

Semoga email singkat saya ini semakin membuat-mu yakin, kalau kamu berada di jalan yang benar dan masih banyak pembaca yang percaya serta mendukung-mu setelah membaca buku Kedai 1001 Mimpi yang kamu tulis.

Vibi, semoga kita diberi kesempatan untuk bersua dan bertukar pikiran lebih jauh tentang cerita-cerita mu. Oh iya, sampaikan salam saya kepada Teteh Yuti, Mas Blitar, Bambang, Benny, Randy dan seluruh sahabat-sahabatmu yang kamu ceritakan di Buku Kedai 1001 Mimpi yaa..

Vibi, sekian email dari saya. Semoga kamu sempat membaca dan membalas email ini di tengah kesibukan.

Salam Hangat.

-Muhammad Puri Andamas-


Halo Puri, 

Terima kasih mau berbagi benturan hati! 

Sama dong, awal menemukan banyak 'keunikan' di negeri itu, hati ini rasanya berat. Saat diam saja, bisa gila sendiri. Giliran ribut curhat, malah dikira 'bongkar aib saudara sendiri'. 

Saya masih berharap muluk, buku Kedai 1001 / 1002 Mimpi bisa menjadi bekal calon pekerja yang akan mencoba berjaya di Saudi—bahkan di manapun. Jadi saat mereka menginjakkan kaki di sana dan menghadapi berbagai keanehan, mereka dengan kuat bisa "ah, gak kaget tuh" dan menjaga diri dengan gagah menawan.

Ah, saya jadi keingetan, 'penyerangan' pertama saat saya menceritakan pengalaman saya saat bekerja di sana adalah saat curhat di Facebook. 
Awalnya sih perih, tapi lama kelamaan setelah mendapat 'hadiah hitam' bertubi-tubi, saya tidak sedih lagi kalau dapet respons negatif, karena bisa jadi mereka pun dalam fase awal sama seperti saya dan kamu saat pertama kali hati terbentur, bukan? Bedanya ada ada yang segera mencari fakta, ada yang menutup hati dan memilih caci maki. 

Lagipula perih saya tidak sepadan dengan pedihnya hati para TKI yang teraniaya--bahkan diperkosa yang saat meminta pertolongan malah dituduh 'si pembuka peluang' atau malah 'sama-sama menikmati'. 

Seperti saya tulis di Kedai 1002 Mimpi, TKI nakal pun pasti ada, tapi bukan berarti bisa jadi pembenaran untuk memperlakukan mereka semua semena-mena. Sama seperti halnya majikan Saudi, yang baik pun pasti ada, semoga golongan merekalah yang pada akhirnya akan merajalela. Amin. 

Puri, terima kasih untuk surat dukunganmu ya. Salammu akan saya sampaikan beserta link postingan ini agar mereka bisa ikut baca ;) 

Salam adem, 

Vabyo

Wednesday, September 10, 2014

Surat 1002: Tentang Kabur, Bully & Takabur

SURAT TERBUKA(?) UNTUK VALIANT BUDI YOGI

Apa kabarmu?
Kabarku di sini baik-baik saja.
Maafkan aku jika pembuka suratku tidak kreatif.

Barangkali aku jadi minder pamer kreativitas di depanmu; sama halnya dengan aku minder pamer suara di depan Katon Bagaskara atau Indra Lesmana. Ini bukan surat sanjungan, apalagi surat cinta; meski kalau kamu secara absurd tiba-tiba melamarku, aku juga tidak akan pikir-pikir lagi.

Semoga kalimat sebelumnya tidak membuatmu bergidik. Toh surat ini sebenarnya hanya untuk mengucapkan terima kasih. Terima kasih karena blogmu telah membuatku kabur dari masa-masa remaja yang mengerikan, diteriaki banci oleh adik kelas dari ujung lapangan. (Maaf, curcol.)

Terima kasih karena Bintang Bunting dan Joker telah membuatku bersemangat ‘45 menulis. Terima kasih karena penderitaanmu di Kedai 1001 Mimpi telah membuatku tertawa lantas merasa bersalah. (Maafkan aku.)

Terima kasih karena ketabahanmu di Kedai 1002 Mimpi telah membuat aku sadar bahwa pem-bully-an yang menimpaku ternyata tidak seberapa, dan bahwa aku tidak perlu merasa menjadi manusia yang paling menderita di dunia.

Maafkan aku karena sampai detik ini, aku belum sempat bertandang mencicipi Es Krim Kebanjur Kopi Panas di Warung Ngebul. Seperti remaja tipikal yang merasa telah dewasa karena punya KTP dan banyak dilema tidak penting, aku ingin menyalahkan keadaan. Aku terlalu antisosial sehingga tidak punya teman yang bisa diajak pergi ke Bandung. Parahnya, aku tidak memiliki jiwa petualang sehingga aku tidak sanggup melanglang buana menyebrang provinsi sendirian.

Aku tahu surat terima kasih ini mungkin telah menjadi terlalu ngalor ngidul. Tetapi, aku benar-benar merindukanmu, entah mengapa, padahal toh kita tidak pernah berjumpa walau sekelebat mata. Dan ketika surat ini menjadi semakin norak, izinkanlah aku menjadikanmu penulis Indonesia favoritku, sementara teman-temanku mungkin akan dengan lantangnya mengusung Pramoedya Ananta Toer, Seno Gumira Ajidarma, Ayu Utami, atau barangkali Andrea Hirata sebagai penulis Indonesia favorit mereka.

Bagiku, penulis yang bisa membangkitkan semangat menulis (atau setidaknya, membaca) pembacanya lebih penting ketimbang mereka yang bisa merangkai diksi aduhai, alur cerita sekompleks pemukiman kumuh, dan makna entah apa di balik sekadar adegan upil jatuh di lembaran tisu toilet.

Namun, ini toh hanya opiniku, orang yang bahkan tidak pernah memenangkan lomba makan kerupuk Agustusan. Semoga tidak dimasukkan ke dalam hati, apalagi membuatmu takabur.

Akhir kata, aku menunggu bukumu yang baru. Semoga ada hal baru pula yang bisa membuatku masih dan makin cinta kepada (tulisan)mu.

Yang mencintai (tulisan)mu,

Bintang Pradipta
(dicopas dari sini)


Dear Bintang, 

Saya inget banget, saat awal-awal menerbitkan buku dan (terasa) jarang yang peduli, kamu pembaca yang senantiasa membesarkan hati di garda depan. Sampai beberapa teman menyangka kamu adalah saya yang sedang menyamar!

Terima kasih masih mau menyediakan hari membaca buku saya. Surat ini membuat mata saya becek dan agak berlumpur. Jadi bolehlah ya sejenak merasa takabur.

Ngomong-ngomong, diam-diam saya mengamati perkembanganmu menulis dari awal kita bertegur sapa. Kamu adalah penulis yang menjanjikan. Semoga akan selalu ada hasrat untuk berkarya!

Salam anget banget,

Valiant.

Monday, July 21, 2014

Surat 1002: Tentang Depresi, Fitnah & Kado Persaudaraan

Dear Valiant,

Saya mulai mengenal tulisanmu melalui buku Kedai 1001 Mimpi. Teman saya yang pertama kali mengenalkan bukumu. Dia menyarankan saya untuk membaca bukumu karna dia ingin saya terinspirasi untuk menyalurkan rasa sedih dan depresi saya melalui media menulis. Agar dapat mengurangi depresi saya (saya dalam kondisi depresi dan membutuhkan perawatan dokter/psikolog saat itu atas apa yang menimpa saya saat itu, sampai berat badan pun menurun drastis 15 kg dalam 3 bulan).

Beberapa bulan setelah itu, saya mulai memberanikan diri menulis tentang perasaan saya terhadap hal2 menyakitkan dan menyedihkan yang terjadi dalam hidup saya, kemudian saya cetak (dengan bantuan teman yang kerja di percetakan) menjadi 'buku'. 'buku' tersebut saya bagikan kepada orang-orang terdekat saya. Ternyata itu sangat membantu pemulihan psikologi saya.

Saat saya membaca Kedai 1001 Mimpi, saya sangat menyukai gaya tulisan vabyo. Apa yang yang diceritakan Valiant pun membuat saya kaget dan berpikir: 'Gila' bener ni orang kisah perantauannya. Terbesit di hati, apakah memang Valiant jujur dalam menulis semua pengalamannya tersebut? Oleh karena itu, saat tau bahwa Valiant akan datang ke tempat tinggal saya, Semarang, untuk talkshow buku Kedai 1001 Mimpinya di Gramedia Amaris, saya langsung datang. Ngga peduli saat itu lagi sakit dan lemes banget. Saya ingin tau, seperti apa Valiant itu sebenarnya. Dari hasil pengamatan saya, Valiant jujur dengan apa yang ditulis, bukan orang yang senang membuat sensasi. Dan saya suka dengan personality Valiant.

Oya, saudara sepupu saya yang sebelumnya hubungan kami sangat dekat, sangat marah saat tau saya membaca dan menyukai buku Kedai 1001 Mimpi. Dia bilang bahwa buku Valiant penyebar fitnah dan menghina muslim. Yang menyakitkan saat dia bilang 'yang menyukai buku itu, hanya orang yang membenci muslim.' Whaaat? Saya  nasrani, tapi saya tidak membenci muslim, apalagi membenci sepupu saya yang muslim. Saat saya tanya 'apakah kamu sudah membaca bukunya', dia bilang ngga.'Ngapain baca buku sesat kayak gitu!'

Saya jadi sedih. Kalaupun misalnya saya muslim, saya tetep suka kok dengan buku Valiant karna ceritanya bagus dan gaya menulisnya bagus. Saya suka dengan tulisan2 Valiant, buku Valiant yang paling saya suka adalah Kedai 1001 Mimpi dan Joker. Setelah perdebatan tentang buku Kedai 1001 Mimpi, hubungan saya dengan sepupu saya jadi merenggang. Sedih, kenapa persaudaraan jadi renggang hanya karena beda kesukaan? Kenapa hal2 non agama dikait-kaitkan dengan agama? Bahkan dijadikan alasan kebencian terhadap agama lain.

Apalagi sekarang ini di masa pilpres, sepupu saya bilang, 'tuh kan, Valiant itu anti muslim walaupun dia muslim, makanya pilih Jokowi. Whaaat? *Dia juga sebel saya mendukung Jokowi... :( *

Kemarin saya memberikan kado buku Kedai 1002 Mimpi Valiant untuk dia. Saya juga menulis pesan di kado tersebut, dengan mengambil kutipan dari buku Valiant: "Aku ternyata begitu merindukan kebersamaan atas nama manusia, tanpa kecurigaan, persangkaan, atau letup amarah. Cukup atas nama manusia saja, bila ternyata embel-embel identitas lainnya hanya membuat kita meniadakan cinta"
Semoga dia mau membaca dan mengerti bahwa saya merindukan kembalinya persaudaraan kami yang hangat, tanpa melihat perbedaan.. :')

Terima kasih sudah mau membaca email saya, Valiant. 
Berkah dalem.

* ini foto saat saya ikut talkshow Valiant bersama teman saya. Saya di sebelah kanan, yang wajahnya terlihat paling mesakke. Berat badan masih 38 kg saat itu. Sekarang berat badan sudah mendekati normal dan sudah sembuh :-). Oya, terimakasih sudah berusaha membuat kami tidak terlalu pendek di foto dengan tinggi Valiant yang 180 cm ;-). Kami menunggu talkshow Kedai 1002 mimpi di Semarang.*

(Atas permintaan pengirim surat, nama tidak disertakan dalam postingan ini)


Dear Kamu,

Waduh, untung saja pas baca buku saya, kamu gak tambah depresi ya!
Senang sekali kepulihanmu bisa terbantu dengan menulis.
Ternyata menulis kayak nyuci baju ya? Baju bersih, tangan juga ikut kinclong! 
Yah, paling kulit agak-agak keriput dikit lah ya, haha!

Saya akui, menulis dengan jujur adalah tantangan terberat saya. Terkadang ada saja godaan untuk menuliskan diri menjadi seorang 'jagoan', tapi untungnya saya keburu sadar, ternyata saya lebih memuja ketenangan ketimbang kemenangan semata. 
 
Oh ya, 'tenang' di sini termasuk saat menerima tuduhan-tuduhan seperti dari sepupumu itu. Untungnya saat ini sudah bisa lebih ikhlas, baik dicinta ataupun dibenci.
Tapi yang terpenting lagi, semoga setelah menerima kado itu, kamu dan sepupu bisa kembali bergenggaman tangan, mengobrol hangat tanpa kecurigaan apa pun.

Akhir kata, semoga hatimu ditenangkan dan dikuatkan selalu, sehat setiap saat, amin!

Salam hangat,

Valiant


Saturday, July 05, 2014

Surat 1002: Kami Yakin Tuhan Tidak Akan Meninggalkan Kami Begitu Saja


Dear Valiant,


Saya Mayang, salah satu pembaca Kedai 1001 Mimpi yang kini tengah membaca buku lanjutannya. 
Kedai 1001 Mimpi merupakan buku pertama anda yang saya baca. Pada awalnya saya teramat kaget membaca penuturan anda tentang negara itu. Unbelievable. Tapi saya ingat betul kata-kata suami saya, "Nyatanya memang agama Islam diturunkan di sana kan? karena memang ada yang harus diluruskan di sana." Pada akhir halaman, saya justru merasa Kedai 1001 Mimpi adalah salah satu buku paling nasionalis yang pernah saya baca. It's true.


Memang saya telah mengetahui sebelumnya bahwa anda kerap mendapatkan cacian, tapi saya sungguh tidak menyangka akan sebrutal itu kejadiannya. Saya sungguh sedih membaca teror-teror yang pernah anda terima di buku Kedai 1002 Mimpi. Kok bisa ada orang yang setega itu kirim sumpah serapah bahkan ancaman. Bahkan anda tidak merugikan masyarakat (orang-orang Indonesia) dengan menceritakan pengalaman-pengalaman di sana. Hanya dengan membaca buku anda, hati saya merasa sangat berat. Orang-orang kita memang pada jago banget jadi hakim.


Sekarang giliran saya yang cerita ya. Mama saya merupakan trendsetter pedagang makanan ringan di pasar daerah saya. Awalnya kami hanya punya lapak di pinggir jalan, dengan stok yang seadanya. Berkembang dan berkembang hingga mama mampu menyewa ruko dan memperbanyak stok. Kesuksesan Mama diikuti oleh pedagang-pedagang lain hingga akhirnya terdapat tiga toko lain di pasar itu. Ya namanya juga orang dagang, ada aja naik turunnya. Mulai dari pegawai yang suka bolos, pegawai suka nyuri, terlilit hutang dengan pemasok, diseneweni pelanggan, dll. Pada tahun  pertengahan hingga akhir 2012, keadaan ekonomi Indonesia memang sedang tidak baik. Saya tidak pernah menyangka, hal ini ternyata memberikan imbas yang sangat besar di skala mikro (pasar). Inflasi mengakibatkan harga barang naik dan menurunkan daya beli masyarakat. Selain itu kondisi pasar yang sedang diperbarui juga membuat toko makin sepi pelanggan. Omzet toko turun hingga 50%. Sampai saat ini, kami masih berusaha bertahan dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada. Kami yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kami begitu saja.


Suatu ketika Mama bercerita bahwa tokonya sedang "dijahili". Ada yang sengaja menabur tanah pemakaman di depan toko. Beberapa kali Mama juga pernah melihat pocong di seberang toko. Anehnya tak ada yang melihat selain Mama. Sungguh saya tidak habis pikir. Kenapa ada orang sebegitu siriknya dengan rejeki orang lain sampai perlu melakukan hal-hal seperti itu? 


Kenapa ada orang yang dengan mudahnya mengatakan orang lain kafir padahal ia belum tentu suci dan menjalankan syariat agama dengan setegak-tegaknya? Kenapa ada yang mengatakan sebuah karya itu sampah padahal ia sendiri tidak pernah menelurkan satu karya pun? Dan mengapa ada orang yang dengan mudahnya ikut-ikutan membenci, mencaci, menuduh, serta menatap tajam orang lain tanpa melakukan klarifikasi terlebih dahulu? Akal seharusnya ada untuk memperjelas prasangka bukan malah memperkeruhnya, kecuali dia sudah pakai kacamata kuda.


Anyway, melalui email ini saya juga ingin menyampaikan bahwa anda termasuk penulis yang buku-bukunya akan selalu saya update di koleksi pribadi saya. Ada dua buku yang belum dibeli sih, The Journey itu, lebih karena saya ingin menikmati karya murni anda dalam satu buku utuh.


Semoga kesehatan, keselamatan, serta keberkahan senantiasa tercurah pada anda. Semoga juga kali berikutnya main ke Bandung saya sempat mampir ke Warung Ngebul. Sukses yah!


:)


Salam sayang,


Mayang Dwi Astrini







Dear Mayang,


Sampai saat ini, saya selalu bahagia dengan pembaca yang bisa menerima isi buku Kedai 1001 / 1002 Mimpi. Berhubung masih ada yang rajin menyatakan benci, jadi selalu menghargai yang bilang cinta!


Jangankan anda loh, teman-teman saya pun banyak yang tidak menyangka dengan drama pasca 1001 ini. Bisa jadi karena persona yang saya tampilkan selalu berusaha ceria dan ngebanyol. Tidak masalah sema sekali, sih. Karena justru dengan membuat orang lain senang, hati saya ikutan riang. Isi hati yang perih cukuplah diberitakan pada orang-orang terpilih.


Baca suratmu bikin saya ingin menjamu Mamamu, deh! Beliau suka kopi atau teh?

Saya mendadak menyeringai saat baca tentang kelakuan pegawai Mamamu. Memang ya, salah satu tantangan besar dalam berdagang adalah mencari pegawai yang sesuai. Sampai kami juga pernah loh, warung buka tutup semampunya cenderung seenaknya, karena hanya saya dan kakak yang bekerja.

Tantangan besar berikutnya? Ya, tertimpa jahil yang seperti Mamamu alami. Betul, itu juga masih pertanyaan saya; kalau mau maju, kenapa juga harus mematikan yang lain. Sebagai pedagang tentu saja kami juga ingin untung besar ya. Tapi apalah untung besar kalau harus menyakiti pedagang lain.


Ngomong-ngomong usaha Mamamu masih sering dijahili, gak?

Semoga dikuatkan jiwa dan raganya!


Oh ya, jadi pengin cerita dikit ah, jadi di kamarku yang di Bandung, sering ada penampakan dan suara-suara aneh. Lucunya keanehan ini sering kumat kalau teman-teman saya datang. Jadinya mereka yang heboh, karena saya jarang bercerita kelakuan makhluk-makhluk mungkin halus itu. (Ya saya masih berharap itu efek halusinasi atau kecoak jahil)

Dulu sempat terganggu, tapi kini saya suka sapa-sapa mereka kalau pergi / pulang dari bepergian lama;“Teman-teman gaib, saya pergi dulu yaa! Selamat berpesta ria! Jangan lupa beres-beres setelahnya!” (Saya pernah menemukan tumpukan rambut panjang di bawah kasur-mungkin mereka baru maen kepang rambut)

Kalau ada kejadian aneh, saya tanya-tanya, “Kenapa sih? Lagi sedih ya?”

Padahal saya gak bisa lihat mereka, jadi meracau sendirian saja di kamar. Anehnya, setelah 'diajak ngobrol' kamar kembali adem!
Saya yakin, seandainya memang mereka benar-benar ada (bukan halusinasi kami), mereka ternyata seperti anak kecil sekadar minta perhatian dan akan berkurang level caper-nya kalau kita ajak ngobrol.

Kesimpulan: coba kamu ajak ngobrol pocong yang ganggu Mamamu ya, haha!


Sekarang memang masih ada saja pembenci yang membabi buta, yang bahkan babi buta pun kalau saya perhatikan di saluran tipi hewan tidak serta merta melabrak rusak injak-injak. Tapi ya, melihat gerak-gerik mereka mencaci & bahasa yang dipakai, membuat saya bertanya-tanya, apakah justru yang mereka benci itu diri sendiri? Dan kita hanya jadi korban pelampiasan?

Terima kasih Mayang untuk dukungan dan doanya, semoga ada kesempatan bertatap muka, tanpa keterlibatan pocong atau makhluk jahil lainnya ya!

Salam hangat

Valiant

Saturday, June 28, 2014

Surat 1002: Please Don't Commit Suicide!

Setelah menerbitkan buku Kedai 1002 Mimpi, saya banyak menerima e-mail pembaca yang menggairahkan, mengharukan, menggembirakan, dan mengcampuradukkan semua rasa. Ini salah satunya! Semoga turut memberimu berjuta warna!

Hi Bang, this writing is not about the review of K1002M. It'll be just my thought. I'm not that clever to write a book review. 

So I hope it doesn't waste your time yah. I promise it won't be a long one.

I wish that 'your story' was just a really bad nightmare for you. You'd wake up and those bad things would be gone. 
Too bad, that wasn't only a bad dream. 

I do feel sorry for all bad things that had happened to you. I do really want to send you a glass of hot choc & a long warm hug. 

Please don't go insane. You're not that genius to go crazy. Please stay sane. 

Saya cuma baca bukunya aja, pas tidur malem saya mimpi buruk kerja di coffee shop. When I woke up, I promise myself to write an encouragement email for you. 

Please don't commit suicide. Don't even think about it. You have, I don't know, hundred reasons to stay alive. I know you won't do that. But, if one day that pressure comes. Please remember these few things.

1. You live in Bandung. 
Well, I want to live in Bandung. I wanna eat cuankie, batagor, good cireng, molen, stick keju every single day. I don't even visit Bandung once a year. :"(( so please be grateful for that. Don't kill yourself. 

2. You have brilliant mind. 
The way you tell your story on your twitter account at THAT time. I stayed awake just to read your story, sambil berharap nothing bad happened to you dan menunggu nunggu kamu bakal cerita apa lagi. 
Your books before your best sellers are quite impressive. My fave ( selain 1001 & 1002 ) itu Joker. Yah walau ditengah buku saya bisa nebak dengan benar. *lah akirnya memuji diri sendiri* 
Dann I love how you play with words. Bisa bikin kalimat yang berakhiran vokal yang sama dan menarik sih. Ga bosenin. 
Ok. Let's try mine. Err wait let me think.
.... kukuku bau ... 
See, not everyone can play with words as good as you. 

3. Your family. I know this one need no explanation.

4. Malu sama haterzzzz kali. 

Hater 1 : "Eh si penulis yang kafir itu akirnya mati loh!! Mati bunuh diri lagi!!" 
Hater 2 : "Iya kan bener kan, dia sih berani beraninya ngatain Arab kaya begitu. Kena azab kan. Pasti abis ini fansnya kena azab juga.." 

Hater X : "eh si penulis yang nulis kisah bohong tentang Arab itu bunuh diri masa...." 
Hater Y : "yaiyalah!!! Pasti ngrasa dosa sendiri!! Masa iya di Arab ada kaya bgitu. Kalo disana dia tertekan masa iya balik jadi gembil gitu!!" 

Sorry for the lame joke. Abis ini beli bang alat setrum yang kaya punya polisi polisi luar negri. Kalo ada yang ngejorokin lagi kejar setrum kepalanya yah. 

Wait, at former I wrote hundred reasons and I only have 4. Eerr okay, will write rest in my next email yah. :) 

I want to be just liked you. I wanna own your brain, your luck, your bravery to go to a new place alone. I wanna be as loveable as you. 

Thank you for being a good inspiration of mine. 

Saya mendoakan kamu semoga hari harimu dipenuhi hal hal menyenangkan, mendapat banyak kebaikan dan cinta yah. God bless you, Aa' Valiant. 

Hope can visit Bandung soon biar dapet cap jempol bukunya. 

Xoxo, Anita MR 
amellyfika@gmail.com
twitter: @amellyfika


Dear Anita,

Your e-mail made my day! It tastes like glasses of hot choco extra 3 pumps of hazelnut & caramel drizzle on whipped cream!

Well well If you're not clever to write a book review, i bet you're proficient at giving encouragement! Because those few things you wrote are oxygen cylinders for my crowded thoughts!

No 4 ngehe abis bikin aku ngakak! 

Terima kasih ya, Anita! Doaku untukmu juga, semoga kebaikanmu ini dibalas ganjaran berkah melimpah dan hati riang, amin!

Kalau gak sempat ke Bandung, semoga aku yang ke Semarang!


Cheers,

Val