Dear Vibi,
Seminggu terakhir ini saya tidak dapat memalingkan mata dari buku yang kamu tulis, Kedai 1001 Mimpi. Saya juga tidak dapat membiarkan waktu senggang saya terbuang tanpa membaca buku-mu.
Mungkin saya adalah salah satu pembaca bukumu yang tidak begitu kaget dengan cerita-cerita yang ada di dalam Kedai 1001 Mimpi, lebih tepatnya sudah siap mental duluan, hehehe. Saya sadar dan yakin ada sejuta misteri terselubung di negari yang kamu ceritakan, sampai akhirnya membaca cerita-ceritamu merupakan bagian yang mampu membuat saya lebih yakin akan misteri-misteri tersebut.
Miris rasanya harus mengetahui lebih dalam seluruh kejanggalan yang terjadi di negara kerajaan tersebut. Sekitar tahun 2010 atau 2011 saya menjalankan ibadah umrah dan sedikit mendengar cerita mengenai adanya tempat perjudian di Saudi Arabia.
Awalnya memang terasa berat harus mendengar berita tersebut, seperti membenturkan hati nurani dengan logika berulang-ulang, terbayang kan beratnya? Hahaha!
Setelah melakukan beberapa pencarian ditambah lagi membaca buku yang kamu tulis, kemelut yang terjadi di negara kerajaan itu ternyata lebih dari "sekadar" tempat dan aktivitas perjudian yang saya dengar sebelumnya.
Melalu surat elektronik ini saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya karena cerita-cerita yang kamu tulis semakin membuka mata saya mengenai negara tersebut. Apa yang telah terjadi di negara kerjaan tersebut (sayangnya-red) akan selalu dikaitkan dengan kepercayaan dan ajaran yang mereka peluk.
Inilah yang membuat saya semakin berpikir sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kepala saya beberapa tahun terakhir ini.
Vibi, Bolehkah saya bilang suatu kewajaran terhadap para pembenci tulisan-tulisan mu jika mereka mencaci maki dan melakukan teror terhadap dirimu baik secara langsung ataupun tidak langsung setelah membaca tulisan-tulisan tersebut?
Kalau iya, berarti kita sepaham dan tidak perlu diperdebatkan.
Dan, saya yakin kamu pasti sudah mempersiapkan diri untuk skenario terburuk yang akan terjadi ketika meyakinkan diri untuk menjadikan cerita-ceritamu menjadi sebuah buku yang akan diterbitkan dan dapat dibaca oleh orang yang berada di negara mayoritas muslim ini.
Jikalau tidak, menurut saya para pembenci yang mencaci maki serta meneror dirimu setelah membaca tulisan-tulisan mu adalah orang yang tidak mau, tidak mampu, atau bahkan tidak sanggup membenturkan logika dengan hati nuraninya.
Mereka terbayang seluruh ajaran yang mereka pahami hampir seumur hidupnya, yang mengajarkan kebaikan secara keseluruhan, nyatanya berbanding terbalik dengan cerita-cerita yang kamu alami secara langsung di tempat pertama ajaran tersebut disebarkan. Dan saya yakin, kamu pasti lebih paham alasannya mengapa mereka melakukan hal-hal tersebut.
Vibi, melalui email ini saya memberikan dukungan agar kamu tetap tegar, kuat, sabar, dan selalu semangat berkarya melalui tulisan-tulisan berdasarkan pengalaman nyatamu. Kenyataan memang selalu pahit, seandainya manispun pasti hanya sepersekiannya, bahkan terkadang manis yang dirasakan itu pun tidak nyata.
Saya percaya seluruh cerita-cerita yang kamu tuangkan dalam buku Kedai 1001 Mimpi benar adanya terjadi di Saudi Arabia tersebut. Mungkin ini email kesekian yang menyatakan dukungan kepada kamu yang jika dibandingkan dengan email penuh caci-maki dan teror mungkin tidak ada apa-apanya.
Semoga email singkat saya ini semakin membuat-mu yakin, kalau kamu berada di jalan yang benar dan masih banyak pembaca yang percaya serta mendukung-mu setelah membaca buku Kedai 1001 Mimpi yang kamu tulis.
Vibi, semoga kita diberi kesempatan untuk bersua dan bertukar pikiran lebih jauh tentang cerita-cerita mu. Oh iya, sampaikan salam saya kepada Teteh Yuti, Mas Blitar, Bambang, Benny, Randy dan seluruh sahabat-sahabatmu yang kamu ceritakan di Buku Kedai 1001 Mimpi yaa..
Vibi, sekian email dari saya. Semoga kamu sempat membaca dan membalas email ini di tengah kesibukan.
Salam Hangat.
-Muhammad Puri Andamas-
Halo Puri,
Terima kasih mau berbagi benturan hati!
Sama dong, awal menemukan banyak 'keunikan' di negeri itu, hati ini rasanya berat. Saat diam saja, bisa gila sendiri. Giliran ribut curhat, malah dikira 'bongkar aib saudara sendiri'.
Saya masih berharap muluk, buku Kedai 1001 / 1002 Mimpi bisa menjadi bekal calon pekerja yang akan mencoba berjaya di Saudi—bahkan di manapun. Jadi saat mereka menginjakkan kaki di sana dan menghadapi berbagai keanehan, mereka dengan kuat bisa "ah, gak kaget tuh" dan menjaga diri dengan gagah menawan.
Ah, saya jadi keingetan, 'penyerangan' pertama saat saya menceritakan pengalaman saya saat bekerja di sana adalah saat curhat di Facebook.
Awalnya sih perih, tapi lama kelamaan setelah mendapat 'hadiah hitam' bertubi-tubi, saya tidak sedih lagi kalau dapet respons negatif, karena bisa jadi mereka pun dalam fase awal sama seperti saya dan kamu saat pertama kali hati terbentur, bukan? Bedanya ada ada yang segera mencari fakta, ada yang menutup hati dan memilih caci maki.
Lagipula perih saya tidak sepadan dengan pedihnya hati para TKI yang teraniaya--bahkan diperkosa yang saat meminta pertolongan malah dituduh 'si pembuka peluang' atau malah 'sama-sama menikmati'.
Seperti saya tulis di Kedai 1002 Mimpi, TKI nakal pun pasti ada, tapi bukan berarti bisa jadi pembenaran untuk memperlakukan mereka semua semena-mena. Sama seperti halnya majikan Saudi, yang baik pun pasti ada, semoga golongan merekalah yang pada akhirnya akan merajalela. Amin.
Puri, terima kasih untuk surat dukunganmu ya. Salammu akan saya sampaikan beserta link postingan ini agar mereka bisa ikut baca ;)
Salam adem,
Vabyo
Seminggu terakhir ini saya tidak dapat memalingkan mata dari buku yang kamu tulis, Kedai 1001 Mimpi. Saya juga tidak dapat membiarkan waktu senggang saya terbuang tanpa membaca buku-mu.
Mungkin saya adalah salah satu pembaca bukumu yang tidak begitu kaget dengan cerita-cerita yang ada di dalam Kedai 1001 Mimpi, lebih tepatnya sudah siap mental duluan, hehehe. Saya sadar dan yakin ada sejuta misteri terselubung di negari yang kamu ceritakan, sampai akhirnya membaca cerita-ceritamu merupakan bagian yang mampu membuat saya lebih yakin akan misteri-misteri tersebut.
Miris rasanya harus mengetahui lebih dalam seluruh kejanggalan yang terjadi di negara kerajaan tersebut. Sekitar tahun 2010 atau 2011 saya menjalankan ibadah umrah dan sedikit mendengar cerita mengenai adanya tempat perjudian di Saudi Arabia.
Awalnya memang terasa berat harus mendengar berita tersebut, seperti membenturkan hati nurani dengan logika berulang-ulang, terbayang kan beratnya? Hahaha!
Setelah melakukan beberapa pencarian ditambah lagi membaca buku yang kamu tulis, kemelut yang terjadi di negara kerajaan itu ternyata lebih dari "sekadar" tempat dan aktivitas perjudian yang saya dengar sebelumnya.
Melalu surat elektronik ini saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya karena cerita-cerita yang kamu tulis semakin membuka mata saya mengenai negara tersebut. Apa yang telah terjadi di negara kerjaan tersebut (sayangnya-red) akan selalu dikaitkan dengan kepercayaan dan ajaran yang mereka peluk.
Inilah yang membuat saya semakin berpikir sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kepala saya beberapa tahun terakhir ini.
Vibi, Bolehkah saya bilang suatu kewajaran terhadap para pembenci tulisan-tulisan mu jika mereka mencaci maki dan melakukan teror terhadap dirimu baik secara langsung ataupun tidak langsung setelah membaca tulisan-tulisan tersebut?
Kalau iya, berarti kita sepaham dan tidak perlu diperdebatkan.
Dan, saya yakin kamu pasti sudah mempersiapkan diri untuk skenario terburuk yang akan terjadi ketika meyakinkan diri untuk menjadikan cerita-ceritamu menjadi sebuah buku yang akan diterbitkan dan dapat dibaca oleh orang yang berada di negara mayoritas muslim ini.
Jikalau tidak, menurut saya para pembenci yang mencaci maki serta meneror dirimu setelah membaca tulisan-tulisan mu adalah orang yang tidak mau, tidak mampu, atau bahkan tidak sanggup membenturkan logika dengan hati nuraninya.
Mereka terbayang seluruh ajaran yang mereka pahami hampir seumur hidupnya, yang mengajarkan kebaikan secara keseluruhan, nyatanya berbanding terbalik dengan cerita-cerita yang kamu alami secara langsung di tempat pertama ajaran tersebut disebarkan. Dan saya yakin, kamu pasti lebih paham alasannya mengapa mereka melakukan hal-hal tersebut.
Vibi, melalui email ini saya memberikan dukungan agar kamu tetap tegar, kuat, sabar, dan selalu semangat berkarya melalui tulisan-tulisan berdasarkan pengalaman nyatamu. Kenyataan memang selalu pahit, seandainya manispun pasti hanya sepersekiannya, bahkan terkadang manis yang dirasakan itu pun tidak nyata.
Saya percaya seluruh cerita-cerita yang kamu tuangkan dalam buku Kedai 1001 Mimpi benar adanya terjadi di Saudi Arabia tersebut. Mungkin ini email kesekian yang menyatakan dukungan kepada kamu yang jika dibandingkan dengan email penuh caci-maki dan teror mungkin tidak ada apa-apanya.
Semoga email singkat saya ini semakin membuat-mu yakin, kalau kamu berada di jalan yang benar dan masih banyak pembaca yang percaya serta mendukung-mu setelah membaca buku Kedai 1001 Mimpi yang kamu tulis.
Vibi, semoga kita diberi kesempatan untuk bersua dan bertukar pikiran lebih jauh tentang cerita-cerita mu. Oh iya, sampaikan salam saya kepada Teteh Yuti, Mas Blitar, Bambang, Benny, Randy dan seluruh sahabat-sahabatmu yang kamu ceritakan di Buku Kedai 1001 Mimpi yaa..
Vibi, sekian email dari saya. Semoga kamu sempat membaca dan membalas email ini di tengah kesibukan.
Salam Hangat.
-Muhammad Puri Andamas-
Halo Puri,
Terima kasih mau berbagi benturan hati!
Sama dong, awal menemukan banyak 'keunikan' di negeri itu, hati ini rasanya berat. Saat diam saja, bisa gila sendiri. Giliran ribut curhat, malah dikira 'bongkar aib saudara sendiri'.
Saya masih berharap muluk, buku Kedai 1001 / 1002 Mimpi bisa menjadi bekal calon pekerja yang akan mencoba berjaya di Saudi—bahkan di manapun. Jadi saat mereka menginjakkan kaki di sana dan menghadapi berbagai keanehan, mereka dengan kuat bisa "ah, gak kaget tuh" dan menjaga diri dengan gagah menawan.
Ah, saya jadi keingetan, 'penyerangan' pertama saat saya menceritakan pengalaman saya saat bekerja di sana adalah saat curhat di Facebook.
Awalnya sih perih, tapi lama kelamaan setelah mendapat 'hadiah hitam' bertubi-tubi, saya tidak sedih lagi kalau dapet respons negatif, karena bisa jadi mereka pun dalam fase awal sama seperti saya dan kamu saat pertama kali hati terbentur, bukan? Bedanya ada ada yang segera mencari fakta, ada yang menutup hati dan memilih caci maki.
Lagipula perih saya tidak sepadan dengan pedihnya hati para TKI yang teraniaya--bahkan diperkosa yang saat meminta pertolongan malah dituduh 'si pembuka peluang' atau malah 'sama-sama menikmati'.
Seperti saya tulis di Kedai 1002 Mimpi, TKI nakal pun pasti ada, tapi bukan berarti bisa jadi pembenaran untuk memperlakukan mereka semua semena-mena. Sama seperti halnya majikan Saudi, yang baik pun pasti ada, semoga golongan merekalah yang pada akhirnya akan merajalela. Amin.
Puri, terima kasih untuk surat dukunganmu ya. Salammu akan saya sampaikan beserta link postingan ini agar mereka bisa ikut baca ;)
Salam adem,
Vabyo
No comments:
Post a Comment
Bebas komentar apa saja, asal damai. Terima kasih banyak :*