Sayangnya
peringatan dalam brosur itu saya baca sesaat sebelum tur dimulai.
Ah,
tapi sebagai penggila manis, saya tak gentar! Bawa saya segera ke
kerajaanmu, Mr Andrew Prior!
"Selamat
datang di Tur Mimpi Indah ala South Yarra! Saya telah menyisihkan
waktu berbulan-bulan mencari kue-kue terlezat di Melbourne, dimulai dari toko yang akan kita datangi ini!
Hey,
ada yang lagi berkonsentrasi penuh di dapur! Colak colek, ah!
Eits,
setelah berkenalan dengan sang kreator LuxBites; Bernard Chu,
ternyata ia berasal dari Malaysia. Reputasi Chu meroket saat dia
berhasil menjawab tantangan produser MasterChef untuk membuat kue
yang menggabungkan 6 cita rasa klasik loli khas Australia: daun mint,
pisang, jaffa (aroma cokelat-jeruk), red
skins, freckles dan musk sticks.
Psst,
Bernard juga menceritakan rahasianya resep kuenya; contohnya saat
mengganti daun spearmint (yang menggumpal kala panas) dengan krim
bercita rasa mint yang terbuat dari minyak...kayu..putih! Wah, minyak
tubuh favorit saya dijadiin kue!
Setelah
merem melek merasakan kenikmatan Be My Love yang hilir mudik di
lidah, saya akhirnya memberanikan diri menanyakan sesuatu pada
Andrew.
“Jadi
gimana sih, awalnya jadi koki dan gabung di Masterchef?”
Selesai
ngobrol-ngobrol sekejap dengan pemilik cafe, saya meneruskan
rangkaian keingintahuan.
Dari
Toorak Rd, kami menelusuri jejalanan yang diseraki daun mapple yang
terkenal dengan 5 sudutnya itu: kekuatan, kesederhanaan, kehangatan,
keromantisan, dan kesetiaan. Dan saya mendadak ingin menanyakan
kesetiaan Andrew pada acara yang membesarkan namanya.
Andrew menceritakan, Adriano Zumbo adalah seorang patissier dan koki yang
hobi menantang para kontestan Masterchef dengan kreasi gilanya
seperti: croquembouche tower ( semacam bola-bola sus tersusun dalam
bentuk kerucut dan terikat benang dari sous karamel), V8 cake (kue
yang mempunyai 8 lapisan vanilla lezat: Vanilla
macaron, vanilla chantilly, toasted vanilla brulee, vanilla water
gel, vanilla almond crunch, vanilla dacquoise, vanilla glaze, vanilla
ganache), dan fairytale gingerbread house.
Aduh,
kalau saya yang jadi kontestannya, tampak sudah mundur teratur dan
mari kita santap kue carrot ini saja.
“Eh,
punya makanan tak terlupakan pas masa kecil, gak sih?”
“Jadi
penasaran, ada makanan yang anda benci gak, sih?”
“Menurutmu,
apa makanan yang saking nikmatnya harusnya diharamkan?”
Tur
kami lanjutkan dengan menembus angin yang kian dingin. Jangan-jangan
matahari juga lagi asyik jelajah galaksi lain.
Andrew
melambatkan langkah di Chapel St, membelok ke Burch and Purchese.
Memasuki
toko ini membuat tangan gatal sekaligus waswas. Gimana gak gatal,
bawaannya pengen nyomot dekorasi dinding yang terbuat dari cokelat.
Waswas takut gak sengaja nyenggol toples-toples selai lezat.
Diam-diam,
saya jadi iri dengan pekerjaan Andrew. Dan saya ingin mengetahui
apakah Andrew menyadarinya, “Apa
yang paling nikmat dari menjalankan bisnis tur ini?”
“Yang
pasti, saya menikmati jadi bos untuk diri sendiri, bekerja dengan
partner, dan bertemu para pebisnis makanan hebat di Victoria!”
Kalau
orang Prancis bilang; A La Foile! Sebuah ekspresi yang menyatakan
kegilaan dalam rasa jatuh cinta. Mabuk cinta. Cinta mati. Cinta
bingits. Seperti kecintaan Mercédé
Coubard—pemilik cafe berikutnya yang kami tandangi, untuk berbagai
kreasi penganan dan kue ala Prancis yang ia buat sendiri.
Jadi,
kalau siap tergila-gila dengan macaron
& petits choux, mari bertandang ke A La Foile di 589 Chapel St
dan siap-siap disergap suasana Paris, dari lagu dan wallpaper.
Mercédé
Coubard tersenyum sumringah menyambut kami sambil menyuguhkan
berbagai macaron warna warni. Dengan mata berbinar, ia
menceritakan sepak terjangnya membuka usaha A La Foile, dari sekadar
bikin kue yang disukai keluarga, sampai akhirnya nekat menjualnya
pada orang lain.
Sambil mendengarkan obrolan renyah, jemari sibuk mengambil macaron Pistachio;
yang ternyata berbahan kacang berkualitas tinggi dari Iran. Rasa
kacangnya begitu kuat, namun berbaur manis dengan krim yang terasa lembut.
“Saya masih ingat saat pertama kali menjalankan bisnis ini, entah berapa lusin macaron terpaksa saya buang karena rasanya tidak sesuai ekspektasi.”
Duh, andai saat itu saya di sebelah Mercédé, pasti tidak keberatan menampung (baca: lahap brutal) macaron gagal itu!
Lidah
belum selesai melumat renyah-lembut dan ledakan rasa krimnya, jemari
sudah asyik mengambil varian Matcha
& Redcurrant. Lagi-lagi saya terpukau dengan rasa yang saling
melengkapi, bukan saling menyingkirkan! Seperti dua diva yang saling
memberi sinar di atas panggung, bukan saling mendominasi ingin silau
sendirian.
Mercédé
pun permisi ke belakang meja bar, hendak melayani pelanggan lain.
Kami pun digiring ke sebuah cafe yang berbau semerbak kebahagiaan; Gànache Chocolate
di 250 Toorak Rd!
Aroma
cokelat menyeruak di setiap langkah, membuat kami seakan terhipnotis,
seperti kucing-kucing kelaparan dalam film kartun yang terhuyung
sampai ke lantai dua!
Di
samping dapur beberapa orang sedang asyik dengan adonan cokelatnya
masing-masing. Ternyata mereka juga membuka Sekolah Cokelat! Ya
ampun, kalau ada program beasiswanya, saya pasti daftar—dan
kemungkinan besar ditolak karena saya pasti menghabiskan sepanci
cokelat cair itu!
Sehabis
ngalor ngidul ngobrolin cokelat, kami pun disuguhi berbagai minuman
dan hidangan-hidangan gurih yang terasa begitu lezat, salah satunya
croque monsieur. Selain memang enak, kenikmatannya berkali lipat
karena sepagian ini kami dicekoki yang manis-manis; selayaknya senang
dan sedih yang silih berganti, demi kehidupan ternikmati gurih. Yo'i.
Andrew
pun tampak sangat menikmati kudapannya, mungkin karena ini memang
perjamuan terakhir pada rangkaian tur pagi ini.
“Kalau anda cuma boleh makan satu kue seumur hidup, mau pilih kue apa?”
“Satu pertanyaan lagi, kalau Melbourne adalah kue, bakal jadi kue apa dan kenapa?”
Oh
ya, sebelum mengakhiri, ada satu dari tur pagi ini yang membuat saya iri. Para pelaku
bisnis yang saya temui tampak sibuk saling bantu dan berkolaborasi; membuat
saya teringat pesan orang tua; kalau bisa bekerja sama demi
kesejahteraan bersama, kenapa
harus sibuk saling menjatuhkan?
Iya ya, apalagi kalau sudah saling sikut gitu sama-sama miskin juga. Ugh!
Jadi waswas, karena semalam baru saja pesta pasta di DOC Lygon St, paginya
sarapan 3 croissant dan 2 chocolate muffin di Somerset.
Eh,
siapakah Andrew Prior?
Dia adalah bos sekaligus pemandu tur berburu kue pagi ini. Kalau lihat
potongannya, membuat saya 'Kok kayak pernah lihat di mana, ya?'
Setelah
tilik punya tilik dan diam-diam googling, ternyata dia pernah nongol
di kamar saya via saluran TV kabel, melalui acara Masterchef
Australia 2013.
Foto dari website Masterchef Australia |
Diantara
dedaunan cokelat kemerahan terombang-ambing dingin, saya diam-diam
memerhatikan langkah Andrew, karena dari salah satu berita yang diam-diam saya baca, dia mengundurkan diri dari Masterchef karena cedera tulang
lutut setelah syuting adegan lompat-lompat bahagia.
Langkah
kami terhenti di sebuah cafe mungil di Toorak Rd bernama LuxBites.
Wuih pandangan ini terampas oleh kue-kue yang terpampang di etalase.
Baby Let Me Love You Let Me LOVE YOU LONG TIME! |
“Dan
ini salah satu kue favorit saya,” Andrew menunjuk kue cokelat
bernama Be My Love, berbahan mousse susu cokelat, krim rasberi, remah
dark chocolate, chocolate glaze, freeze dried raspberry.
“Jadi gini, saya
barusan baca artikel tentang cedera lututmu,” Matanya berbinar,
tampaknya ia tidak akan keberatan dengan topik ini, “Sekarang
gimana keadaannya?”
“Sudah
membaik. Kadang-kadang masih kerasa sakit, tapi gak akan bikin saya
berhenti melakukan tur ini!”
“Sebenernya,
saya masih sebatas koki rumahan yang kebetulan punya hasrat besar
pada makanan. Nah, kalau awal gabung dengan Masterchef, saat itu
saya baru balik dari Paris dan males banget balik kerja di
perusahaan asuransi. Saya pengin mengejar mimpi yang sesuai gairah
saya. Saat itu saya pikir bergabung di Masterchef bisa memberikan
banyak kesempatan baru, dan ternyata benar!”
Kami
lantas berpamitan dengan Bernard dan segenap karyawannya, untuk
kemudian menjelajahi toko berikutnya, masih di jalan yang sama;
Toorak Rd, nomor 15: French Fantasies. Beberapa kursi di trotoar
dipenuhi manusia penggemar sarapan.
Begitu
masuk ruangan, aroma roti menguar liar. “Selayaknya orang
Prancis, kami membuat roti begitu serius,” kelakar salah seorang
pegawai French Fantasies sambil menawarkan kami berbagai kue
nikmat.
"Kalau
buat anda pribadi, seberat apa tantangan di Masterchef? Mereka ngasih
petunjuk atau resep sebelum acara gak, sih?”
"Nggak
sama sekali, kita tidak mendapat kisi-kisi apapun, dan seperti kamu
lihat, beberapa tantangan mereka sungguh gila. Tapi sekaligus
menyenangkan!”
"Ngomong-ngomong,
kalau boleh tahu, apa yang terjadi ketika kamera mati? Kelakuan
orang-orang (seperti juri & kontestan) sama pas di TV, gak?”
"Sama
saja, kok. Bisa jadi mereka tidak seliar di balik layar, tapi tidak
ada yang dibuat-buat.”
“Bakal
balik lagi ke acara Masterchef gak sih, atau mungkin mau ikut audisi
di acara lain?"Gak,
gak akan sekarang. Selain sibuk mengurus bisnis tur makanan ini,
saya juga lagi bahagia-bahagianya menikmati perubahan hidup. Tapi
kalau mereka menginginkan saya kembali untuk peran khusus—seperti
amal atau bantuan tantangan untuk para kontestan, saya tentu akan
mempertimbangkannya. Saya rindu dapur mereka yang keren itu!"
Tepat
saat Andrew menyebutkan dapur keren, tibalah kami di sebuah dapur
yang memukau, beralamat di Claremont St; Zumbo.
Neonnya mengingatkan saya pada sampul album Miley Cyrus.
Foto dari website Zumbo |
Secret Carrot's Business Cake! |
Setiap
melihat sesuatu yang berhubungan dengan wortel, saya selalu teringat
masa kecil. Mungkin karena ibu gemar menyambut saya selepas pulang
sekolah dengan semangkuk sayur sop yang penuh dengan potongan wortel,
atau karena bacaan masa kecil saya: si Bobo yang gemar ngunyah
wortel.
“Daging
domba panggang buatan nenek dengan kacang yang ia tanam di halaman
belakang rumahnya.”
Wah,
sejenak saya rasakan kehangatan masakan dan senyum seorang nenek yang
ingin membahagiakan cucu.
“Saya
akan mencoba semua makanan setidaknya sekali waktu, kecuali makanan
yang melibatkan hewan-hewan yang tidak diperlakukan layak.”
“Cokelat
& custard!”
Uh,
apalagi custard berlumuran cokelat meleleh ya, membayangkannya saja
membuatku menelan air liur!
Di
antara toples lezat itu, saya tergoda membawa pulang salted caramel,
sudah terbayang akan mengoleskannya pada setangkup roti gandum,
memakannya bersama secangkir kopi panas.
Sang
pemilik, Darren
Purchese rupanya juga sering tampil di berbagai episode acara memasak
TV Australia seperti Masterchef, The Circle, dan berbagai acara
lainnya. Tiba-tiba saya merasa beruntung, bisa bertemu langsung para
pemilik supersibuk ini!
Ah,
iya. Tentu saja Andrew tahu bahwa ia sedang berjalan di atas roda
impian. Siapa yang tidak ingin tergila-gila dengan pekerjaannya
sendiri?
Dan—ow,
pegawainya pun asli Prancis!
Dan
yang mengejutkan, tak jarang 'orang lain'nya itu adalah pesohor yang
begitu ia kagumi, salah satunya:
Diambil dari instagram A La Foile |
“ichael Buble
sudah datang dua kali ke sini, terakhir kemarin sore!” MMata Mercédé berbinar ceria saat mengucapkan nama idolanya, sedangkan saya diam-diam mengawasi pintu masuk. Siap siaga kalau Buble datang lagi!
“Saya masih ingat saat pertama kali menjalankan bisnis ini, entah berapa lusin macaron terpaksa saya buang karena rasanya tidak sesuai ekspektasi.”
Duh, andai saat itu saya di sebelah Mercédé, pasti tidak keberatan menampung (baca: lahap brutal) macaron gagal itu!
“Masih
siap dengan serbuan cokelat istimewa?” Goda Andrew sambil memakai
sweaternya, pertanda saatnya kembali hijrah.
Di
atas, seorang lelaki berseri-seri menyambut kami, “Ada yang mau
bola cokelat?”
Ouw! Sirami
aku dengan adonanmu, Mas!
Tapi
pertanyaanku belum berakhir!
“Apa
yang menurutmu Melbourne adalah tempat yang hebat untuk berburu
kuliner?”
“Melbourne
merupakan salah satu kota bermulti-budaya dunia dan memiliki setiap
jenis masakan yang bisa anda bayangkan. Kota ini perpaduan budaya
dengan jangkauan terluas dan berbagai pilihan harga yang fantastis
untuk seorang pecinta makanan seperti saya.”
“Kalau anda cuma boleh makan satu kue seumur hidup, mau pilih kue apa?”
“Lolli
Cake dari LuxBites! Cuma Bernard yang bisa membuatnya lebih enak
daripada buatan saya—dan oh kontestan seangkatan saya di
Masterchef: Christina!
Bernard Chu & Andrew Prior |
“Punya
prediksi gak, kue apa yang bakal booming tahun ini?”
“Saya
rasa Petit Choux bakal jadi jagoan!”
“Satu pertanyaan lagi, kalau Melbourne adalah kue, bakal jadi kue apa dan kenapa?”
“Pertanyaan
bagus! Jawabannya: Opera Cake, karena punya banyak lapisan lezat di
setiap gigitan.”
“Oke,
saye berbohong! Karena punya satu pertanyaan terkahir untukmu! Kalau
Andrew yang sekarang ketemu Andrew 10 tahun lalu, kira-kira bakal
saling ngatain apa?
“Andrew tua akan sirik sama
rambut si Andrew muda. Si Andrew muda bakal nasihatin Si Andrew tua
untuk gak pakai kaus di TV karena ketuaan!”
Oops,
saya mendadak memegangi rambut. Akankah saya 10 tahun ke depan
menginginkan jambul asoy ini?
“Hey,
giliram saya yang nanya dong!”
Gleg. “Boleh!”
Gleg. “Boleh!”
“Apa
yang paling kamu sukai dari Melbourne?"
Saya
menyesap double shot sampai tak bersisa. Diam-diam saya meringkas
cepat segala hal yang menarik sejak pertama kali menjejakkan kaki di
Melbourne.
“Saya
suka bagaimana para Melbournians benar-benar menikmati apa yang
mereka punya dan apa yang mereka lakukan. Kota ini semakin terasa
berenergi oleh hasrat menggelegar para warganya.”
Saya
tidak beromong kosong. Diam-diam saya asyik mengintip apa yang sedang
mereka di balik dinding dapur kafe atau studio seni. Tertangkap
gairah yang ingin saya rebut saat mereka sedang melukis dinding,
memasak kopi, atau saat mengendarai segway di perkebunan anggur.
Dan
salah satu dari para Melbournians penuh hasrat yang saya kagumi itu,
salah satunya adalah Andrew Prior, karena dia berhasil membuat
jelajah pagi ini begitu manis, baik di lidah maupun dalam kenangan.
Sebagai
hadiah, ini lagu Kylie
Minogue favoritmu, Andrew!
Iya ya, apalagi kalau sudah saling sikut gitu sama-sama miskin juga. Ugh!
Eits,
Jelajah Melbourne belum berakhir, saya akan membawamu keliling kota &
mengendarai segway keliling perkebunan anggur!
Foto by Alex |
baca postingan yg ini cuma bikin bolak-balik nelen liur :9
ReplyDelete